Kertas
Ilmu: AL Quds bukan demo tetapi perlawanan sejati:
Dengan diawali kata al maut amrika, al maut israel para demonstran me...
Kertas Ilmu
Cari Blog Ini
Sabtu, 03 Agustus 2013
Jumat, 02 Agustus 2013
AL Quds bukan demo tetapi perlawanan sejati
Dengan diawali kata al maut amrika,
al maut israel para demonstran memulai demonya didepan masjid baiturrahman
semarang, hari al quds atau solidaritas internasional palestina yang berkumpul
disemarang, jawa tengah merupakan satu perwakilan atas perlawanan terhadap zion
amerika , dan zionis israel
Sekitar kurang dari 2000 orang
pilihan illahi mengumandangkan kata perlawanan terhadap negara terkutuk israel
, dengan diawali dari imam khamenei yang mengatakan suruhannya untuk melakukan
demonstran, telah tebukti bagaikan tumbuhan kecil yang disiram menjadi pohon
rindang yang sangat besar, seperti hari al quds dengan setiap tahun
bertambahnya besar dan bertambahnya kuat
Dengan berjalan dari depan masjid
baiturrahman semarang simpang lima melalui jalur kh. Ahmad dahlan sampailah
dalam 1 setengah jam menuju kekantor geburnur jawa tengah, injakan atas bendera
israel dimulainya orasi-orasi para sang orator , mereka orator menjelaskan
bahwa al quds adalah untuk dunia, masalh dunia, dan milik dunia dalam artian
palestina adalah negara yang muslim harus dibela atas negara-negara yang
mempunyai solidaritas anti penjajahan
Sebanyak 770 kota hari ini membela
atas kekejaman zionisme amerika serta anteknya israel, yaumul quds adalah
adalah pembelaan terhadap orang-orang tertindas , dimanapun mereka berada
contohnya kasus sampang, suria ataupun yang lainnya, sudahlah cukup atas zionis
amerika meremot negara-negara tak punya dosa
Al quds yang dipimpin atas
koordinator ustad miqdat turqan dengan dimulainya jam setengah dua siang dari
kalangan anak, remaja maupun orang dewasa tersebut bukan hanya sebuah demo
matau arrogan tetapi sebuah perlawanan hati terhadap zionis amerika serta
israel
Penjajahan diatas dunia harus
dihapuskan karnatidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan itulah
kata-kata yang diucapkan oleh ustad ahmad baraqbah , beliau mengatakan jangan pernah berbuat dhalim karna
sesungguhnya neraka siap membakar orang orang yang dhalim serta janganlah
pernah diam atas hari al quds karna ini hari merupakan hari yang diperintahkan
oleh imam kita yaitu imam khamenei
Aksi demonstran yang dipandu oleh rata-rata
kaum muda para cendekiawan tersebut menandakan bahwa indonesia harus mampu
menghadapi kerasnya dunia serta ancaman zionis-zionis negara kutukan
Kemudian dengan pembacaan do’a
wahdah ataupun persatuan menandakan islam harus satu , harus terikat, terhubung
, terdepan dari agama lain karna islam adalah agama sebaik-baik agama atas
pembacaan do’a tersebut mengakhiri demo al quds tersebut
Minggu, 19 Mei 2013
Pemilu yang Meriah Jaminan Keselamatan Negara

Beliau
mengatakan, "Demi meraih cita-cita dan menggagalkan langkah musuh, saat
hadir memeriahkan pemilu nanti, dari beberapa kandidat yang
direkomendasikan oleh Dewan Garda Konstitusi, rakyat Iran hendaknya
memilih seorang yang layak, saleh, mukmin, revolusioner, ‘resisten,
bertekad dan gigih', dan memiliki jiwa berjihad. Orang inilah yang bakal
mengemban beban berat ‘kehormatan dan kemajuan negara' lebih baik dari
kandidat-kandidat yang lain."
Pemimpin
Besar Revolusi Islam menyatakan bahwa pemilu mendatang merupakan
masalah paling penting bagi negara ini. Seraya menyinggung pengaruh
peristiwa ini dalam jangka pendek dan jangka panjang, beliau
menandaskan, "Dari pemilu ini rakyat akan memilih satu orang yang akan
memimpin negara dan mengelola permasalahan-permasalahannya untuk masa
tugas empat tahun. Tapi keputusan dan kinerja baik atau buruk yang
dilakukannya mungkin akan berpengaruh bahkan sampai 40 tahun ke depan.
Realitas ini menunjukkan betapa urgennya pemilihan presiden."
Mengenai
pentingnya pemilihan presiden 14 Juni mendatang, Ayatollah al-Udzma
Khamenei mengatakan, "Meski masih ada waktu satu bulan sampai
pelaksanaan pemilu, masalah ini sudah menjadi isu penting di tingkat
dunia. Bahkan para pemikir dunia dan musuh-musuh Iran sudah menyorot
segala persiapannya dengan cermat."
Seraya
menjelaskan bahwa musuh punya rencana lain di balik pelaksanaan pemilu
di Iran, beliau menambahkan, "Rakyat Iran mencari figur yang terbaik
untuk membawa Iran maju secara materi dan spiritual dengan lebih cepat.
Selain menyelesaikan kesulitan-kesulitan yang ada dan meningkatkan
kesejahteraan hidup, dia juga akan mengangkat tinggi kehormatan dan
kemerdekaan Iran dengan siraman semangat, tekad, dan optimisme rakyat."
Beliau
menggarisbawahi, "Seiring dengan upaya menurunkan animo rakyat dalam
pemilu, musuh juga mencari sosok figur yang tidak menyandang
kriteria-kriteria kelayakan. Dengan begitu mereka bisa menyeret Iran
kepada kebergantungan, kelemahan, keterbelakangan di berbagai bidang dan
posisi yang selalu mengikuti jejak kebijakan asing."
Rahbar
mengatakan, "Tentunya, pada tahap awal mereka berusaha menggagalkan
pelaksanaan pemilu. Tapi ketika tidak berhasil, mereka berupaya menebar
kekecewaan di tengah rakyat supaya bisa meredupkan gegap gempita pemilu
atau mempengaruhi pilihan rakyat."
Seraya
menyebut langkah menebar kekecewaan rakyat terhadap pemilu sebagai
taktik utama musuh, beliau mengungkapkan, "Mereka ingin meyakinkan opini
umum bahwa ikut memberikan suara dalam pemilu tidak ada gunanya sama
sekali. Karena itu untuk apa kita harus ikut pemilu?"
Ayatollah
al-Udzma Khamenei menyinggung aksi-aksi yang dilakukan media-media
massa raksasa dan kantor-kantor berita Zionis dalam beberapa pekan
terakhir, seraya mengatakan, "Mengesankan kondisi negara ini kritis,
membesar-besarkan kesulitan yang ada, meyakinkan adanya keputusasaan
dalam mengatasi problem dan mengesankan kekelaman masa depan bangsa
adalah bagian dari cara-cara yang kini digunakan media-media kebohongan
dan media distorsi raksasa dunia dalam meredupkan animo umum pemilu di
Iran."
Beliau
menambahkan, "Memang di negara ini ada sejumlah problem seperti
tingginya harga barang dan masalah lapangan kerja. Tapi adakah negara di
dunia ini yang tidak punya masalah sama sekali? Bukankah pekikan slogan
yang setiap hari terdengar di Eropa adalah bukti bahwa negara-negara
Eropa kini tenggelam dalam kesulitan?"Membandingkan
kondisi Iran dengan kondisi sejumlah negara lainnya, Pemimpin Besar
Revolusi Islam menegaskan, "Negara manakah yang punya independensi
nasional serta solidaritas dan persatuan seperti bangsa Iran? Negara
manakah yang punya sekian banyak pemuda penuh semangat yang sedang
berjuang untuk membuka medan keilmuan? Bangsa manakah yang berhasil
mencapai posisi sepenting dan sebesar Iran dalam pengaruhnya pada
rangkaian peristiwa yang terjadi di kawasan dan di dunia? Bangsa manakah
yang bisa berbuat seperti bangsa Iran yang terhormat ini dengan
menggagalkan tindakan-tindakan licik musuh-musuhnya dan terus
melanjutkan langkahnya ke depan dengan kepala tegak dan optimis?"
Setelah
menjelaskan ajang konfrontasi politik antara bangsa ini dan kubu
lawannya, beliau menandaskan, "Rakyat harus tahu bahwa partisipasi
secara meriah dalam pemilu akan menjamin keselamatan negara dan menekan
ambisi pihak-pihak asing untuk mengganggu dan melakukan kejahatan."
Kepada
para pejabat negara, aktivis politik dan pemilik media, Rahbar
mengimbau supaya memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada untuk
memberikan semangat dan optimisme kepada rakyat. Sebab, setiap orang
yang obyektif mencermati keadaan negara ini dan tekad serta kehendak
rakyatnya pasti optimis dengan masa depan negara ini.
Dalam
menyimpulkan konfrontasi politik ini beliau mengatakan, "Berdasarkan
pengetahuan saya akan bangsa Iran serta inayah dan kemurahan Allah Swt
yang sudah kita rasakan kali inipun rakyat Iran akan mengukir prestasi
membanggakan dan akan melayangkan pukulan telak ke muka musuh-musuhnya."
Di
bagian lain pembicaraannya, Pemimpin Besar Revolusi Islam menjelaskan
bahwa untuk memilih figur yang terbaik kriteria-kriterianya harus
dikenal dengan baik. Memilih calon presiden yang terbaik harus melalui
proses berpikir, berkonsultasi dan menggunakan hujjah syariat.
Menurut
beliau, orang yang paling layak dipilih adalah orang yang membulatkan
tekadnya untuk menjaga kehormatan negara dan memajukannya.
"Semua
yang didapat selama tiga dekade ini diperoleh berkat gerakan ke arah
cita-cita revolusi. Karena itu, orang yang kita pilih harus selalu
mengejar terwujudnya cita-cita itu dalam kondisi apapun," kata beliau.
Mengenai
slogan-slogan para kandidat presiden, Ayatollah al-Udzma Khamenei
mengingatkan untuk tidak mengumbar janji di luar wewenang dan kapasitas
seorang presiden atau di luar kemampuan negara. Rakyat Iran cukup cermat
dan mampu membaca janji-janji yang faktual.Terkait
banyaknya calon kandidat, beliau menyebut Dewan Garda Konstitusi
sebagai lembaga dengan anggota orang-orang yang saleh, mukmin dan
berwawasan luas yang secara undang-undang bertugas merekomendasikan
kepada rakyat para kandidat yang layak pilih. Dari para kandidat itulah
rakyat akan memilih yang terbaik untuk memimpin pemerintahan.
Lebih
lanjut Pemimpin Besar Revolusi Islam kembali mengimbau semua pihak
untuk patuh kepada hukum dan undang-undang. Menurut beliau, kerusuhan
yang terjadi pasca pemilu 2009 dipicu oleh sikap sebagian kalangan yang
memilih keluar dari jalur hukum. Akibatnya, rakyat tidak bisa menikmati
manisnya pesta demokrasi yang diikuti oleh 40 juta orang. Hukum dan
undang-undang, kata beliau, adalah sarana untuk menciptakan ketenangan
dan menjaga persatuan nasional.
Di
bagian lain pembicaraannya, Ayatollah al-Udzma Khamenei menyebut bulan
Rajab sebagai sarana persiapan untuk meningkatkan spiritualitas dan
maknawiyah setiap Muslim. Jika seseorang berhasil memanfaatkan bulan
Rajab dan bulan Sya'ban dengan baik, maka ia akan bisa menghadiri jamuan
Ilahi di bulan Ramadhan dengan lebih sempurna.
Seraya
mengenang kegigihan, semangat, dan ketegaran Imam Khomeini (ra) yang
sangat mengagumkan, beliau mengatakan, "Ketegaran Imam Khomeini (ra)
dalam menghadapi para arogan dunia adalah berkat air mata, ibadah, dan
munajatnya yang tulus dengan Tuhannya di malam hari.
Kamis, 16 Mei 2013
Apa Kata Tokoh Indonesia Tentang Syiah

Said Agil Siradj (Ketua Umum PB NU):
“ Ajaran
syiah tidak sesat dan termasuk Islam seperti halnya sunni. Di
universitas di dunia manapun tidak ada yang menganggap Syiah sesat “(tempo.co)
Din Syamsuddin (Ketua Umum PP Muhammadiyah):
“ Tidak ada beda Sunni dan Syi’ah. Dialog merupakan jalan yang paling baik dan tepat, guna mengatasi perbedaan aliran dalam keluarga besar sesama muslim” (republika.co.id)
Buya Syafii Ma’arif (Cendikiawan Muslim, Mantan Ketua PP Muhammadiyah):
“Kalau Syiah dikalangan mazhab, dianggap sebagai mazhab kelima,” (okezone.com)
Amin Rais (Mantan Ketua PP Muhammadiyah):
“Sunnah dan Syi’ah adalah madzhab-madzhab yang legitimate dan sah saja dalam Islam “
(satuislam.wordpress.com)
Marzuki Ali (Ketua DPR RI):
“
Syi'ah itu mahzab yang diterima di negara manapun diseluruh dunia, dan
tidak ada satupun negara yang menegaskan bahwa Islam Syi'ah adalah
aliran sesat “
(okezone.com)
Jusuf Kalla (Mantan Wakil Presiden RI):
“ Harus ada toleransi terhadap perbedaan karena perbedaan adalah rahmat ” (tempo.co)
“ Harus ada toleransi terhadap perbedaan karena perbedaan adalah rahmat ” (tempo.co)
Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA (Cendikiawan Muslim, Direktur Sekolah PascaSarjana UIN Jakarta):
“Syiah
adalah bagian integral dari umat Islam dan tidak ada perbedaan yang
prinsipil dan fundamental dalam Syiah dan Sunni, kecuali masalah
kepemimpinan politik”
“
Fatwa haram atau sesat Syiah itu tidak diperlukan, baik secara
teologis, ibadah dan fiqh karena pertaruhannya Ukhuwah Islamiyah di
Indonesia,”
(republika.co.id)
Prof. Dr. Komaruddin Hidayat (Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta):
“
Syiah merupakan bagian dari sejarah Islam dalam perebutan kekuasaan,
dari masa sahabat, Karenanya akidahnya sama, Alqurannya, dan nabinya
juga sama,”
(republika.co.id)
KH. Alie Yafie (Ulama Besar Indonesia):
“Dengan
tergabungnya Iran yang mayoritas bermazhab Syiah sebagai negara Islam
dalam wadah OKI tersebut, berarti Iran diakui sebagai bagian dari Islam.
Itu sudah cukup. Yang jelas, kenyataannya seluruh dunia Islam, yang
tergabung dalam 60 negara menerima Iran sebagai negara
Islam.”(tempointeraktif)
Rhoma Irama ( Seniman dan Mubaligh ):
“Tuhan
kita sama, nabi kita sama, kiblat kita sama, sholat kita sama, puasa
kita sama, zakat kita sama, haji kita sama, kenapa harus saling
mengkafirkan” (tempo.co)
Slamet Effendy Yusuf (Ketua PB NU):
“ Caranya terus menjaga persamaan sesama Umat Islam, bukan mencari perbedaannya,”
(republika.co.id)
Muhammad Mahfud MD (Ketua MK):
“ Kalau
saya mengatakan semua keyakinan itu tidak boleh diintervensi oleh
negara. Keyakinan itu tak boleh diganggu orang lain, kecuali dia
mengganggu keyakinan orang lain,”
(Okezone.com)
Prof. Dr. Umar Shihab (Ketua MUI Pusat):
“ Syiah bukan ajaran sesat, baik Sunni maupun Syiah tetap diakui Konferensi Ulama Islam International sebagai bagian dari Islam,”
(rakyamerdekaonline.com)
Alm, Buya Hamka (Mantan Ketua Umum MUI Pusat):
Mengutip pernyataan Imam Syafi’i
“ Jika
saya dituduh Syiah karena mencintai keluarga Muhammad Saw, maka
saksikanlah wahai Jin dan Manusia, bahwa saya ini orang Syiah. Jika
dituduhkan kepada saya bahwa saya Syiah karena membela Imam Ali, saya
bersaksi bahwa saya Syiah”
(majalah.tempointeraktif.com)
KH Nur Iskandar Sq (Ketua Dewan Syuro PPP):
“ Kami sangat menghargai kaum Muslimin Syiah, ”
(Inilah.com)
Label:
Ahlulbayt,
al-Qur'an,
berita islam,
cara membimbing hati,
cinta Allah,
cinta muslim,
komen mui terhadap syiah,
pandangan tentang syiah,
sunni syiah,
syiah,
syiah ahlul bait
Minggu, 28 April 2013
SEJARAH WAHABI

Menanggapi
banyaknya permintaan pembaca tentang sejarah berdirinya Wahabi maka
kami berusaha memenuhi permintaan itu sesuai dengan asal usul dan
sejarah perkembangannya semaksimal mungkin berdasarkan berbagai sumber
dan rujukan kitab-kitab yang dapat dipertanggung-jawabkan, diantaranya,
Fitnatul Wahabiyah karya Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, I'tirofatul Jasus
AI-Injizy pengakuan Mr. Hempher, Daulah Utsmaniyah dan Khulashatul Kalam
karya Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, dan lain-lain.
Nama
Aliran Wahabi ini diambil dari nama pendirinya, Muhammad bin Abdul
Wahab (lahir di Najed tahun 1111 H / 1699 M). Asal mulanya dia adalah
seorang pedagang yang sering berpindah dari satu negara ke negara lain
dan diantara negara yang pernah disinggahi adalah Baghdad, Iran, India
dan Syam.
Kemudian pada tahun 1125 H / 1713 M, dia terpengaruh oleh seorang orientalis Inggris bernama Mr. Hempher yang bekerja sebagai mata-mata Inggris di Timur Tengah. Sejak itulah dia menjadi alat bagi Inggris untuk menyebarkan ajaran barunya.
Kemudian pada tahun 1125 H / 1713 M, dia terpengaruh oleh seorang orientalis Inggris bernama Mr. Hempher yang bekerja sebagai mata-mata Inggris di Timur Tengah. Sejak itulah dia menjadi alat bagi Inggris untuk menyebarkan ajaran barunya.
Inggris
memang telah berhasil mendirikan sekte-sekte bahkan agama baru di
tengah umat Islam seperti Ahmadiyah dan Baha'i. Bahkan Muhammad bin
Abdul Wahab ini juga termasuk dalam target program kerja kaum kolonial
dengan alirannya Wahabi.
Mulanya
Muhammad bin Abdul Wahab hidup di lingkungan sunni pengikut madzhab
Hanbali, bahkan ayahnya Syaikh Abdul Wahab adalah seorang sunni yang
baik, begitu pula guru-gurunya. Namun sejak semula ayah dan guru-gurunya
mempunyai firasat yang kurang baik tentang dia bahwa dia akan sesat dan
menyebarkan kesesatan. Bahkan mereka menyuruh orang-orang untuk
berhati-hati terhadapnya.
Ternyata tidak berselang lama firasat itu benar. Setelah hal itu terbukti ayahnya pun menentang dan memberi peringatan khusus padanya. Bahkan kakak kandungnya, Sulaiman bin Abdul Wahab, ulama besar dari madzhab Hanbali, menulis buku bantahan kepadanya dengan judul As-Sawa'qul Ilahiyah Fir Raddi Alal Wahabiyah. Tidak ketinggalan pula salah satu gurunya di Madinah, Syekh Muhammad bin Sulaiman AI-Kurdi as-Syafi'i, menulis surat berisi nasehat:
Ternyata tidak berselang lama firasat itu benar. Setelah hal itu terbukti ayahnya pun menentang dan memberi peringatan khusus padanya. Bahkan kakak kandungnya, Sulaiman bin Abdul Wahab, ulama besar dari madzhab Hanbali, menulis buku bantahan kepadanya dengan judul As-Sawa'qul Ilahiyah Fir Raddi Alal Wahabiyah. Tidak ketinggalan pula salah satu gurunya di Madinah, Syekh Muhammad bin Sulaiman AI-Kurdi as-Syafi'i, menulis surat berisi nasehat:
"Wahai
Ibn Abdil Wahab, aku menasehatimu karena Allah, tahanlah lisanmu dari
mengkafirkan kaum muslimin, jika kau dengar seseorang meyakini bahwa
orang yang ditawassuli bisa memberi manfaat tanpa kehendak Allah, maka
ajarilah dia kebenaran dan terangkan dalilnya bahwa selain Allah tidak
bisa memberi manfaat maupun madharrat, kalau dia menentang bolehlah dia
kau anggap kafir, tapi tidak mungkin kau mengkafirkan As-Sawadul A'dham
(kelompok mayoritas) di antara kaum muslimin, karena engkau menjauh dari
kelompok terbesar, orang yang menjauh dari kelompok terbesar lebih
dekat dengan kekafiran, sebab dia tidak mengikuti jalan muslimin."
Sebagaimana
diketahui bahwa madzhab Ahlus Sunah sampai hari ini adalah kelompok
terbesar. Allah berfirman : "Dan barang siapa yang menentang Rasul
sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan
orang-orang mukmin, kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang
telah dikuasainya itu (Allah biarkan mereka bergelimang dalam kesesatan)
dan kami masukkan ia ke dalam jahannam, dan jahannam itu seburuk-buruk
tempat kembali (QS: An-Nisa 115)
Salah satu dari ajaran yang diyakini oleh Muhammad bin Abdul Wahab, adalah mengkufurkan kaum muslim sunni yang mengamalkan tawassul, ziarah kubur, maulid nabi, dan lain-lain. Berbagai dalil akurat yang disampaikan ahlussunnah wal jama'ah berkaitan dengan tawassul, ziarah kubur serta maulid, ditolak tanpa alasan yang dapat diterima. Bahkan lebih dari itu, justru berbalik mengkafirkan kaum muslimin sejak 600 tahun sebelumnya, termasuk guru-gurunya sendiri.
Salah satu dari ajaran yang diyakini oleh Muhammad bin Abdul Wahab, adalah mengkufurkan kaum muslim sunni yang mengamalkan tawassul, ziarah kubur, maulid nabi, dan lain-lain. Berbagai dalil akurat yang disampaikan ahlussunnah wal jama'ah berkaitan dengan tawassul, ziarah kubur serta maulid, ditolak tanpa alasan yang dapat diterima. Bahkan lebih dari itu, justru berbalik mengkafirkan kaum muslimin sejak 600 tahun sebelumnya, termasuk guru-gurunya sendiri.
Pada
satu kesempatan seseorang bertanya pada Muhammad bin Abdul Wahab,
Berapa banyak Allah membebaskan orang dari neraka pada bulan Ramadhan??
Dengan segera dia menjawab, "Setiap malam Allah membebaskan 100 ribu
orang, dan di akhir malam Ramadhan Allah membebaskan sebanyak hitungan
orang yang telah dibebaskan dari awal sampai akhir Ramadhan." Lelaki itu
bertanya lagi, "Kalau begitu pengikutmu tidak mencapai satu persen pun
dari jumlah tersebut, lalu siapakah kaum muslimin yang dibebaskan Allah
tersebut? Dari manakah jumlah sebanyak itu? Sedangkan engkau membatasi
bahwa hanya pengikutmu saja yang muslim. Mendengar jawaban itu Ibn Abdil
Wahab pun terdiam seribu bahasa.
Sekalipun
demikian Muhammad bin Abdul Wahab tidak menggubris nasehat ayahnya dan
guru-gurunya itu. Dengan berdalihkan pemurnian ajaran Islam, dia terus
menyebarkan ajarannya di sekitar wilayah Najed. Orang-orang yang
pengetahuan agamanya minim banyak yang terpengaruh. Termasuk diantara
pengikutnya adalah penguasa Dar'iyah, Muhammad bin Saud (meninggal tahun
1178 H / 1765 M) pendiri dinasti Saudi, yang dikemudian hari menjadi
mertuanya.
Dia
mendukung secara penuh dan memanfaatkannya untuk memperluas wilayah
kekuasaannya. Ibn Saud sendiri sangat patuh pada perintah Muhammad bin
Abdul Wahab. Jika dia menyuruh untuk membunuh atau merampas harta
seseorang dia segera melaksanakannya dengan keyakinan bahwa kaum
muslimin telah kafir dan syirik selama 600 tahun lebih, dan membunuh
orang musyrik dijamin surga.
Sejak semula Muhammad bin Abdul Wahab sangat gemar mempelajari sejarah nabi-nabi palsu, seperti Musailamah Al-Kadzdzab, Aswad Al-Ansiy, Tulaihah Al-Asadiy dll. Agaknya dia punya keinginan mengaku nabi, ini tampak sekali ketika ia menyebut para pengikut dari daerahnya dengan julukan Al-Anshar, sedangkan pengikutnya dari luar daerah dijuluki Al-Muhajirin. Kalau seseorang ingin menjadi pengikutnya, dia harus mengucapkan dua syahadat di hadapannya kemudian harus mengakui bahwa sebelum masuk Wahabi dirinya adalah musyrik, begitu pula kedua orang tuanya. Dia juga diharuskan mengakui bahwa para ulama2 besar sebelumnya telah mati kafir. Kalau mau mengakui hal tersebut dia diterima menjadi pengikutnya, kalau tidak dia pun langsung dibunuh.
Sejak semula Muhammad bin Abdul Wahab sangat gemar mempelajari sejarah nabi-nabi palsu, seperti Musailamah Al-Kadzdzab, Aswad Al-Ansiy, Tulaihah Al-Asadiy dll. Agaknya dia punya keinginan mengaku nabi, ini tampak sekali ketika ia menyebut para pengikut dari daerahnya dengan julukan Al-Anshar, sedangkan pengikutnya dari luar daerah dijuluki Al-Muhajirin. Kalau seseorang ingin menjadi pengikutnya, dia harus mengucapkan dua syahadat di hadapannya kemudian harus mengakui bahwa sebelum masuk Wahabi dirinya adalah musyrik, begitu pula kedua orang tuanya. Dia juga diharuskan mengakui bahwa para ulama2 besar sebelumnya telah mati kafir. Kalau mau mengakui hal tersebut dia diterima menjadi pengikutnya, kalau tidak dia pun langsung dibunuh.
Muhammad
bin Abdul Wahab juga sering merendahkan Nabi SAW dengan dalih pemurnian
akidah, dia juga membiarkan para pengikutnya melecehkan Nabi di
hadapannya, sampai-sampai seorang pengikutnya berkata: "Tongkatku ini
masih lebih baik dari Muhammad, karena tongkat-ku masih bisa digunakan
membunuh ular, sedangkan Muhammad telah mati dan tidak tersisa
manfaatnya sama sekali."
Muhammad bin Abdul Wahab di hadapan pengikutnya tak ubahnya seperti Nabi di hadapan umatnya.
Pengikutnya
semakin banyak dan wilayah kekuasaan semakin luas. Keduanya bekerja
sama untuk memberantas tradisi yang dianggapnya keliru dalam masyarakat
Arab, seperti tawassul, ziarah kubur, peringatan Maulid dan sebagainya.
Tak mengherankan bila para pengikut Muhammad bin Abdul Wahab lantas
menyerang makam-makam yang mulia. Bahkan, pada 1802, mereka menyerang
Karbala-Irak, tempat dikebumikan jasad cucu Nabi Muhammad SAW, Husein
bin Ali bin Abi Thalib. Karena makam tersebut dianggap tempat munkar
yang berpotensi syirik kepada Allah. Dua tahun kemudian, mereka
menyerang Madinah, menghancurkan kubah yang ada di atas kuburan,
menjarah hiasan-hiasan yang ada di Hujrah Nabi Muhammad.
Keberhasilan
menaklukkan Madinah berlanjut. Mereka masuk ke Mekkah pada 1806, dan
merusak kiswah, kain penutup Ka'bah yang terbuat dari sutra. Kemudian
merobohkan puluhan kubah di Ma'la, termasuk kubah tempat kelahiran Nabi
SAW, tempat kelahiran Sayyidina Abu Bakar dan Sayyidina Ali, juga kubah
Sayyidatuna Khadijah, masjid Abdullah bin Abbas. Mereka terus
menghancurkan masjid-masjid dan tempat-tempat kaum solihin sambil
bersorak-sorai, menyanyi dan diiringi tabuhan kendang. Mereka juga
mencaci-maki ahli kubur bahkan sebagian mereka kencing di kubur kaum
solihin tersebut.
Gerakan
kaum Wahabi ini membuat Sultan Mahmud II, penguasa Kerajaan Usmani,
Istanbul-Turki, murka. Dikirimlah prajuritnya yang bermarkas di Mesir,
di bawah pimpinan Muhammad Ali, untuk melumpuhkannya. Pada 1813, Madinah
dan Mekkah bisa direbut kembali.
Gerakan
Wahabi surut. Tapi, pada awal abad ke-20, Abdul Aziz bin Sa'ud bangkit
kembali mengusung paham Wahabi. Tahun 1924, ia berhasil menduduki
Mekkah, lalu ke Madinah dan Jeddah, memanfaatkan kelemahan Turki akibat
kekalahannya dalam Perang Dunia I. Sejak itu, hingga kini, paham Wahabi
mengendalikan pemerintahan di Arab Saudi. Dewasa ini pengaruh gerakan
Wahabi bersifat global.
Riyadh
mengeluarkan jutaan dolar AS setiap tahun untuk menyebarkan ideologi
Wahabi. Sejak hadirnya Wahabi, dunia Islam tidak pernah tenang penuh
dengan pergolakan pemikiran, sebab kelompok ekstrem itu selalu menghalau
pemikiran dan pemahaman agama Sunni-Syafi'i yang sudah mapan.
Kekejaman dan kejahilan Wahabi lainnya adalah meruntuhkan kubah-kubah di atas makam sahabat-sahabat Nabi SAW yang berada di Ma'la (Mekkah), di Baqi' dan Uhud (Madinah) semuanya diruntuhkan dan diratakan dengan tanah dengan mengunakan dinamit penghancur.
Kekejaman dan kejahilan Wahabi lainnya adalah meruntuhkan kubah-kubah di atas makam sahabat-sahabat Nabi SAW yang berada di Ma'la (Mekkah), di Baqi' dan Uhud (Madinah) semuanya diruntuhkan dan diratakan dengan tanah dengan mengunakan dinamit penghancur.
Demikian
juga kubah di atas tanah Nabi SAW dilahirkan, yaitu di Suq al Leil
diratakan dengan tanah dengan menggunakan dinamit dan dijadikan tempat
parkir onta.
Tambahan Ulama Besar yang dibunuh dengan kejam oleh Wahabi:
Kisah Nyata ; Pembantaian Keluarga Syaikh Nawawi al-Bantani al-Syafi'i (Pembesar Syafi'iyyah) Oleh Kaum Wahhabi
Kisah
ini diceritakan oleh keturunan dari keluarga Syaikh Nawawi al-Bantani
yang berhasil lolos dari kejaran Wahhabi. Beliau adalah KH. Thabari
Syadzily. Berikut adalah sedikit kisah pembantaian tersebut.
KISAH NYATA : Pada zaman dahulu di kota Mekkah keluarga Syeikh Nawawi bin Umar Al-Bantani (pujangga Indonesia) pun tidak luput dari sasaran pembantaian Wahabi. Ketika salah seorang keluarga beliau sedang duduk memangku cucunya, kemudian gerombolan Wahabi datang memasuki rumahnya tanpa diundang dan langsung membunuh dan membantainya hingga tewas. Darahnya mengalir membasahi tubuh cucunya yang masih kecil yang sedang dipangku oleh beliau.Sedangkan keluarganya yang lain di golongan laki-laki dikejar-kejar oleh gerombolan Wahabi untuk dibunuh. Alhamdulillah mereka selamat sampai ke Indonesia dengan cara menyamar sebagai perempuan.
KISAH NYATA : Pada zaman dahulu di kota Mekkah keluarga Syeikh Nawawi bin Umar Al-Bantani (pujangga Indonesia) pun tidak luput dari sasaran pembantaian Wahabi. Ketika salah seorang keluarga beliau sedang duduk memangku cucunya, kemudian gerombolan Wahabi datang memasuki rumahnya tanpa diundang dan langsung membunuh dan membantainya hingga tewas. Darahnya mengalir membasahi tubuh cucunya yang masih kecil yang sedang dipangku oleh beliau.Sedangkan keluarganya yang lain di golongan laki-laki dikejar-kejar oleh gerombolan Wahabi untuk dibunuh. Alhamdulillah mereka selamat sampai ke Indonesia dengan cara menyamar sebagai perempuan.
Sabtu, 13 April 2013
Filsafat dari Nama Rasulullah Saw

"Dan
(Ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata: "Hai Bani Israil,
Sesungguhnya Aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan Kitab
sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan (datangnya)
seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad
(Muhammad)." Maka tatkala Rasul itu datang kepada mereka dengan membawa
bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: "Ini adalah sihir yang nyata."
(QR. As-Shaf : 6)
Perlu
diketahui, bahwa nama yang dikemukam oleh Nabi Isa tadi, itu bukan
sekedar nama. Akan tetapi merupakan pemberian dari Allah Swt yang
tentunya ada makna yang terkandung. Di dalam nama Ahmad jika ditulis
dengan huruf Arab tanpa dipisah-pisah ada filsuf tentang adanya gerakan
salat. Huruf alif (ا) menunjukan simbol tentang orang yang berdiri. Huruf ha (ح) menggambarkan tentang orang yang sedang rukuk. Huruf mim (م) menggambarkan tentang orang yang sedang sujud. Huruf dal (د) menunjukan gambaran orang yang sedang duduk tahiyat salat.
Selain
makna tersebut, ada juga makna yang tersembunyi di balik nama Ahmad.
Yaitu, secara Gramatika Arab, kata Ahmad itu termasuk sighat mubalaghah (bentuk yang mempunyai arti banyak) dari kata Hamdu (memuji).
Jadi, bisa diambil kesimpulan bahwa Nabi Ahmad, nama dari Nabi Muhammad
Saw mempunyai arti orang yang paling banyak memuji Allah.
Nabi Muhammad Saw bersabda, “Aku adalah Ahmad tanpa mim (م)” Ahmad tanpa mim (م) akan mempunyai arti Ahad (Esa), yang merupakan sifat Allah yang sangat unik. Mim (م)
yang merupakan simbol personafikasi dan manifestasi Allah dalam diri
Nabi Muhammad Saw pada hakikatnya adalah bayangan Ahad yang ada di alam
semesta. Mim adalah wasilah antara makhluk dengan Khaliqnya. Mim adalah
jembatan yang menghubungkan para kekasih Allah dengan sang kekasihnya
yang mutlak. Dengan kata lain, Nabi Muhammad Saw merupakan mediator
antara makhluk dengan Allah Swt.
Menurut
Iqbal, "Muhammad benar-benar berfungsi “mim” yang “membumikan” Allah
dalam kehidupan manusia. Dialah “Zahir”nya Allah; dialah Syafi’ (yang
memberikan syafaat, pertolongan dan rekomendasi) antara makhluk dengan
Tuhannya. Ketika anda ingin merasakan kehadiran Allah dalam diri anda,
hadirkan Muhammad. Ketika anda ingin disapa oleh Allah, sapalah
Muhammad. Ketika anda ingin dicintai Allah, cintailah Muhammad. Qul inkuntum tuhibbunallah fat tabi’uni yuhbibkumullah,
“Apabila kalian cinta kepada Allah maka ikutilah aku (Muhammad) kelak
Allah akan cinta kepada kalian.” Kepada orang seperti inilah kita
diwajibkan cinta, berkorban dan bermohon untuk selalu bersamanya, di
dunia dan akhirat. Sebab seperti kata Nabi, “Setiap orang akan
senantiasa bersama orang yang dicintainya.”
Selain nama Ahmad, Rasulullah Saw juga mempunyai nama Muhammad. Nama ini pemberian dari kakeknya, Abdul Muthalib. Nama ini diilhami atas harapan besar Abdul Muthalib agar kelak cucunya ini dipuji oleh makhluk seantero dunia karena sifatnya yang terpuji. Adapun nama tersebut kalau ditinjau secara Gramatika Arab berstatus sebagai Isim Maful (obyek) dari asal kata Hammada. Menurut kiai Maksum bin Ali dalam kitab Amsilatut Tasrifiyah menyebutkan bahwa penambahan tasdid mempunyai faidah Taksir (banyak). Jadi, artinya adalah orang yang banyak dipuji. Sebab semua makhluk di dunia ini memuji Rasulullah Saw dengan membaca shalawat untuknya. Allah berfirman, ”Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab :56).
Selain nama Ahmad, Rasulullah Saw juga mempunyai nama Muhammad. Nama ini pemberian dari kakeknya, Abdul Muthalib. Nama ini diilhami atas harapan besar Abdul Muthalib agar kelak cucunya ini dipuji oleh makhluk seantero dunia karena sifatnya yang terpuji. Adapun nama tersebut kalau ditinjau secara Gramatika Arab berstatus sebagai Isim Maful (obyek) dari asal kata Hammada. Menurut kiai Maksum bin Ali dalam kitab Amsilatut Tasrifiyah menyebutkan bahwa penambahan tasdid mempunyai faidah Taksir (banyak). Jadi, artinya adalah orang yang banyak dipuji. Sebab semua makhluk di dunia ini memuji Rasulullah Saw dengan membaca shalawat untuknya. Allah berfirman, ”Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab :56).
Yang
heboh lagi, dari nama Muhammad, di situ ada makna yang terkandung.
Yaitu, jika kita mau mengangan-angan kerangka huruf Muhammad apabila
ditulis dengan hurup Arab ternyata menunjukan kerangka manusia. Sebab, mim (م) yang bundar dari kata Muhammad (محمد) itu menunjukan kepala manusia, karena kepala manusia itu bundar. Huruf ha (ح) kalau kita dobelkan menjadi dua akan menunjukan dua tangan manusia. Huruf mim (م) yang kedua menunjukan tentang perut manusia. Huruf dal (د) menunjukan kedua kaki manusia.
Selain itu, ada juga makna-makna yang tersembunyi lagi. Yaitu, huruf mim menunjukan kata Minnah yang
berarti anugerah. Sebab, Allah memberi anugerah kepada Rasulullah Saw
dengan anugerah yang sangat luar biasa melebihi apa yang telah diberikan
kepada yang lainnya. Huruf ha menunjukan kata Hubbun (cinta).
Sebab, Allah mencintai Nabi Muhammad Saw dan umatnya melebihi cintanya
kepada nabi-nabi yang lain beserta umatnya. Huruf mim yang kedua menunjukan kata Maghfirah yang
berarti ampunan. Sebab, Allah mengampuni segala dosa yang dilakukan
oleh Nabi Muhammad Saw, baik yang sudah lampau atau yang akan datang.
Nabi Muhammad Saw adalah nabi yang maksum (terjaga dari
melakukan dosa). Adapun jika disandarkan untuk umatnya, maka Allah akan
mengampuni dosa-dosa umat Nabi Muhammad Saw jikalau mereka mau
bertaubat. Tidak seperti umat-umat terdahulu yang apabila melakukan dosa
langsung mendapat siksa dan teguran dari Allah. Huruf dal menunjukan
kata Dawaamuddin. Artinya, abadinya agama Islam. Sebab, agama Islam akan
tetap ada sampai akhir zaman. Apabila agama Islam sudah lenyap karena
ditinggal oleh manusia, maka tunggulah kehancuran dunia ini.
Kesimpulan
dari semua ini adalah, kalau orang itu sudah mengaku agamanya Islam,
maka kerjakanlah salat. Sebab, salat merupakan tiang agama dan merupakan
ajaran nabi-nabi terdahulu yang disempurnakan oleh Nabi Muhammad Saw.
Jika seseorang sudah menjalankan salat dan ajaran Islam yang lainnya,
maka dia termasuk orang yang bertaqwa yang akan dimasukkan Allah ke
dalam surga-Nya. Karena umat Nabi Muhammad Saw yang masuk ke surga itu
akan dirupakan manusia. Mengapa demikian? Ini kembalinya kepada
keagungan nama Nabi Muhammad saw yang menunjukkan kerangka manusia.
Apabila manusia masih berbentuk manusia, maka dia tidak akan masuk
neraka. Adapun mengenai orang kafir, ada ulama yang berpendapat bahwa
mereka di neraka itu berwujud babi.
Jumat, 12 April 2013
Syiah Ali, Sebaik-baik Makhluk

Berkenaan dengan ayat di atas, kita memfokuskan pembicaraan pada kata-kata, khairul bariyyah, sebaik-baik makhluk. Bariyyah berasal dari kata baraa yang artinya ciptaan. Karenanya kita mengenal Allah SWT dengan sebutan Al-Barii yang artinya khaliq atau pencipta dan makhluk atau ciptaan-Nya disebut, Bariyyah. Pendapat lain mengatakan, Bariyyah, berasal dari kata baryan (meraut), seperti pada kalimat baraitul qalam, saya meraut pensil. Karena itulah makhluk disebut juga bariyyah,
karena Allah SWT lewat firman-Nya, meraut atau membentuk ciptaannya
dalam bentuk yang berbeda-beda, sebagaimana misalnya pabrik yang
memproduksi pensil dalam bentuk yang bermacam-macam.
Pada tafsir Tabari, jilid 30 hal. 171 diriwayatkan dari Ibnu Hamid
mengatakan bahwa, Isa bin Farqad dari Abil Jarud dari Muhammadi bin Ali,
Rasulullah saww ketika ditanya siapakah khairul bariyyah itu, beliau
saww menjawab,:”Hum anta, wa syi’atuka….Engkau ya Ali dan Syiahmu (
pengikutmu)”. Sementara riwayat lain menyebutkan, Jabir bin Abdullah
Anshari ra berkata ketika ayat ‘khairul bariyyah’ turun, Nabi saww
menghadap kepada Ali as dan berkata, “Hum anta, wa syi’atuka, taridu
‘alayya wa syi’atuka radhiina mardiyyiina, (maksud dari khairul
bariyyah) adalah kamu (Ali) dan pengikutmu, di hari kiamat kamu dan
syiahmu masuk bersama saya dalam keadaan Allah ridha kepadamu, dan kamu
ridha kepada Allah.” Riwayat ini terdapat dalam kitab Syawahid at
Tanzil, oleh Imam Al-Hakim An-Naisyaburi, pada jilid 2 hal. 360.
Untuk lebih dalam menelisik makna khairul bariyyah, kita bisa memulainya dari ayat sebelumnya pada surah yang sama. Pada ayat surah Al-Bayyinah, Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya
orang-orang kafir dari kalangan ahli kitab dan orang-orang musyrik
(akan masuk) ke neraka Jahanam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu
adalah seburuk-buruk makhluk.” Pada ayat ini Allah SWT berbicara mengenai, syarrul bariyyah,
seburuk-buruknya makhluk. Seburuk-buruk makhluk khusus pada ayat ini
adalah orang-orang kafir dari kalangan ahli kitab dan orang-orang
musyrik. Mengenai seburuk-buruknya makhluk kita juga bisa melihat
misalnya pada surah Al-Anfal ayat 22, “Sesungguhnya
binatang (makhluk) yang seburuk-buruknya di sisi Allah ialah
orang-orang yang bisu dan tuli yang tidak mengerti apa-apa pun.”
Pada ayat ini, Allah lebih memperluas cakupan siapa saja yang termasuk
seburuk-buruknya makhluk dengan memperinci karakteristiknya. Dalam surah
Al-A’raf ayat 179 Allah SWT lebih memperincinya lagi, mereka mempunyai
hati namun tidak mempergunakannya untuk memahami ayat-ayat Allah,
mempunyai mata namun tidak menggunakannya untuk melihat tanda-tanda
kekuasaan Allah dan mempunyai telinga namun tidak menggunakannya untuk
mendengarkan ayat-ayat Allah, oleh Allah mereka tidak hanya disebut
sebagai seburuk-buruknya makhluk bahkan lebih sesat dari binatang
ternak.
Mengenai syarrul bariyyah, yang
dimaksud pada surah Al-Bayyinah -sebagaimana yang difirmankan Allah SWT
pada ayat-ayat sebelumnya- tidaklah mencakup seluruh orang-orang kafir
dari kalangan ahli kitab ataupun seluruh orang-orang musyrik, namun
terbatas hanya bagi mereka yang telah mendapatkan hujjah yang sangat
jelas mengenai kebenaran ajaran
Islam yang dibawa Nabi Muhammad saww, namun mereka bukan hanya sekedar
menolaknya namun juga melakukan penentangan yang keras. Sementara mereka
yang tidak beriman dan bertauhid yang benar, karena dakwah Islam belum
sampai kepada mereka atau karena memiliki halangan-halangan tertentu,
bukan karena sejak awal melakukan penentangan, perhitungannya ada pada
sisi Allah SWT.
Selanjutnya, kita kembali berbincang mengenai khairul bariyyah. Pada ayat ke tujuh dan delapan, Allah SWT menyampaikan karakteristik orang-orang yang termasuk khairul bariyyah.
Pertama, orang-orang yang beriman (alladziina aamanuu).
Yang dimaksud mereka yang beriman adalah yang beriman kepada Allah SWT,
para Anbiyah as dan kitab-kitab yang mereka bawa serta mereka yakin
akan keberadaan hari akhirat. Sementara mereka yang musyrik ataupun
orang-orang kafir dari kalangan ahli kitab ataupun dari agama-agama
selain Islam tidak termasuk dalam golongan ini.
Kedua, mereka yang beramal shalih (wa ‘amilushshaalihat). Setelah mereka mengimani Allah SWT
dan ajaran-ajaran yang dibawa para Anbiyah as mereka
mengejewantahkannya dalam laku perbuatan, dalam amalan-amalan dzahir
mereka. Pengertian amal saleh, telah sedemikian jelas dan tidak
memerlukan penjelasan lebih lanjut, sebagaimana yang termaktub dalam
Shahih Muslim kitab al-Iman disebutkan bahwa sekedar menghilangkan
penghalang yang menganggu pada jalanan yang dilalui kaum muslimin
termasuk amal shalih dan sebaik-baiknya amal shalih adalah beriman
kepada Allah SWT dan bersaksi hanya Allah yang berhak untuk disembah.
Ketiga, mereka yang takut pada Tuhannya (dzalika liman khasiya Rabba). Mereka yang termasuk dalam khairul bariyyah
adalah mereka yang beriman, beramal shalih dan takut kepada Rabbnya.
Ketiga karakteristik ini mesti dimiliki seseorang yang ingin termasuk
dalam khairul bariyyah, tidak memilah dan mengabaikan yang lain.
Amal shalih misalnya, bisa saja dilakukan tanpa mesti beriman atau atas
dasar takut kepada Allah, bisa saja karena paksaan, takut atau karena
terbentuk dari kebiasaan dan tradisi keluarga atau lingkungan dimana dia
berada.
Setelah menjelaskan karakteristik khairul bariyyah,
Allah SWT melanjutkannya, dengan menyampaikan balasan bagi mereka. Di
akhirat mereka tidak hanya mendapat balasan dan pahala secara lahiriah
saja namun juga secara maknawi atau batiniah. Sebagaimana mafhum,
manusia terdiri atas dua bagian, lahiriah dan batiniah, jasmani dan
ruhiyah, maka masing-masing dari kedua sisi manusia ini mendapatkan
balasannya. Sebagaimana pada ayat terakhir pada surah Al-Bayyinah, “Balasan
mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga ‘Adn yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.” ini menunjukkan balasan lahiriah. Dan kata-kata selanjutnya, “Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya.”
Menunjukkan balasan atau pahala maknawi. Keridhaan adalah perasaan
batiniah. Keridhaan Allah terhadap mereka karena amalan-amalan shalih
mereka di dunia yang dibaluri keimanan yang kuat kepada-Nya dan
keridhaan mereka kepada Allah karena balasan dan pemberian Allah berupa
kenikmatan-kenikmatan yang tiada tara kepada mereka. Alangkah
beruntungnya mereka yang termasuk khairul bariyyah, adakah kenikmatan dan balasan yang lebih mulia daripada keridhaan Allah SWT?.
Pertanyaan
yang biasanya hadir ketika berbicara mengenai ayat, diantaranya, apakah
ayat tersebut termasuk ayat umum atau ayat khusus?. Berkenaan dengan
pembahasan kita, maka kemungkinan timbul pertanyaan, apakah yang
dimaksud Allah SWT khairul bariyyah adalah mencakup kesemua kaum
mukminin yang beramal shalih atau hanya terbatas pada kelompok
tertentu?. Untuk menjawabnya, tidak ada cara lain selain melihat asbabun nuzul
(penyebab turunnya ayat), yang terdapat dalam riwayat-riwayat
nabawiyah. Di sini saya mengajukan beberapa referensi dari kitab-kitab
Ahlus Sunnah. Pada tafsir Tabari, jilid 30 hal. 171 diriwayatkan
dari Ibnu Hamid mengatakan bahwa, Isa bin Farqad dari Abil Jarud dari
Muhammadi bin Ali, Rasulullah saww ketika ditanya siapakah khairul bariyyah itu,
beliau saww menjawab,:”Hum anta, wa syi’atuka….Engkau ya Ali dan
Syiahmu ( pengikutmu)”. Sementara riwayat lain menyebutkan, Jabir bin
Abdullah Anshari ra berkata ketika ayat ‘khairul bariyyah’ turun, Nabi
saww menghadap kepada Ali as dan berkata, “Hum anta, wa syi’atuka,
taridu ‘alayya wa syi’atuka radhiina mardiyyiina, (maksud dari khairul
bariyyah) adalah kamu (Ali) dan
pengikutmu, di hari kiamat kamu dan syiahmu masuk bersama saya dalam
keadaan Allah ridha kepadamu, dan kamu ridha kepada Allah.” Riwayat ini
terdapat dalam kitab Syawahid at Tanzil, oleh Imam Al-Hakim
An-Naisyaburi, pada jilid 2 hal. 360.
Saya
mencukupkan dengan menukilkan riwayat dari dua kitab ini saja. Akan
sangat membutuhkan banyak tempat kalau harus menukilkan dari semua kitab
yang menjelaskan asbabun nuzul ayat yang sedang kita bicarakan, yang jelas semua riwayat mengerucut pada imam Ali as dan Syiahnya lah yang dimaksud Khairul Bariyyah.
Timbul pertanyaan, mengapa harus ada tambahan persyaratan untuk
terkategorikan sebagai makhluk yang terbaik, yakni harus menjadi
pengikut dan syiahnya Imam Ali as?. Sebagaimana masyhur telah tercatat
dalam kitab-kitab tarikh yang mu’tabar, umat Islam sepeninggal nabi
Muhammad saww -terutama di masa pemerintahan Imam Ali as- terpecah
menjadi bergolong-golongan. Perseteruan antara Imam Ali as dan Muawiyah
menjadikan umat Islam setidaknya berpecah menjadi 4 kelompok besar.
Pengikut imam Ali as, pengikut Muawiyah, Khawarij (yang tidak mengikuti
salah satu diantara keduanya, malah membenci dan memusuhi keduanya) dan
kelompok keempat yang terdiri dari banyak sahabat Nabi, tidak menjadi
pengikut salah satu diantara keduanya, namun juga tidak membenci
keduanya. Keempat golongan besar ini kesemuanya mendakwahkan diri
sebagai umatnya Muhammad saww, namun lewat nubuat yang jauh-jauh
sebelumnya telah disampaikan Nabi, bahwa tidak mungkin keempat golongan
yang berpecah dan saling bermusuhan ini, bahkan terlibat dalam
pertumpahan darah yang tragis semuanya benar. Sesungguhnya Nabi Muhammad
saww ketika memberi penjelasan mengenai ayat “Khairul Bariyyah”,
hakekatnya ingin menyampaikan, bahwa untuk menjadi makhluk yang terbaik,
ikutilah Ali as jika terjadi perselisihan sepeninggalku.
Saya
menutup tulisan ini, dengan menukilkan kembali sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Muslim rahimahullah, dari Ali as yang berkata,
“Demi Allah yang menumbuhkan jenis biji, menciptakan jenis insan,
sesungguhnya Rasulullah saww telah menegaskan kepadaku, bahwa takkan
cinta kepadaku kecuali orang mukmin, dan takkan benci kepadaku kecuali
orang munafik.” (HR. Muslim hadits no. 48 bab Keimanan jilid I).
Rasulullah
saww menyampaikan kepada kita diantara bukti keimanan adalah memberikan
kecintaan kepada Imam Ali as, sebaik-baiknya makhluk Allah SWT. Semoga
kita termasuk diantara pengikutnya. Insya Allah.
Wallahu ‘alam bishshawwab
Langganan:
Postingan (Atom)