Cari Blog Ini

Kamis, 28 Februari 2013

Hukum Mengucapkan Selamat Natal kepada Umat Kristiani

Hukum Mengucapkan Selamat Natal kepada Umat Kristiani
Apa hukumnya mengucapkan selamat natal atas milad Nabi Isa As kepada tetangga dan teman yang beragama Kristen?
Ucapan selamat kepada kaum Kristiani sah-sah saja dilakukan apabila didasari oleh ingin menunjukkan diri sebagai tetangga yang baik dan sebagai bentuk penghormatan kepada tetangga dan teman-teman yang beragama Kristen. Namun tidak dibenarkan apabila ucapan selamat tersebut disampaikan dengan dasar takzim kepada mereka dan kita ingin mengekspresikan persahabatan yang bertentangan dengan kemaslahatan umum kaum Muslimin
Nabi Isa As merupakan salah satu nabi besar Ilahi yang harus kita, sebagai Muslim, imani dan hormati. Sesuai dengan hukum al-Quran, kaum Muslim tidak meyakini adanya perbedaan di antara para nabi, “Rasul telah beriman kepada Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhan-nya, begitu juga orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan para rasul-Nya. (Mereka berkata), “Kami tidak membeda-bedakan antara rasul-rasul-Nya”, dan mereka berkata, “Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami, ya Tuhan kami, dan hanya kepada-Mu-lah tempat kembali.” (Qs. Al-Baqarah [2]:285)
Karena itu, pada milad dan hari kelahiran para nabi di samping Anda mengucapkan selamat kepada kaum Kristiani, Anda juga dapat memberikan ucapan selamat yang sama kepada kaum Muslimin.
Hanya saja, ucapan selamat kepada kaum Kristiani sah-sah saja dilakukan apabila didasari oleh ingin menunjukkan diri sebagai tetangga yang baik dan sebagai bentuk penghormatan kepada tetangga dan teman-teman yang beragama Kristen. Namun tidak dibenarkan apabila ucapan selamat tersebut disampaikan dengan dasar takzim kepada mereka dan kita ingin mengekspresikan persahabatan yang bertentangan dengan kemaslahatan umum kaum Muslimin.
Al-Quran dalam hal ini menyatakan, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (Qs. Al-Maidah [5]:51)
Di tempat lain, al-Quran menyebutkan, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu dan orang-orang yang kafir (musyrik) menjadi pemimpinmu. Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman.” (Qs. Al-Maidah [5]:57)
Untuk diperhatikan:
Akhir kata kami merasa perlu mengingatkan bahwa meski kaum Muslimin tidak membeda-bedakan para rasul Ilahi dan memandang kesemuanya berasal dari Allah Swt serta meyakini semuanya harus dihormati, namun jelas bahwa masalah ini tidak ada kaitannya dengan nasakh agama-agama sebelumnya oleh agama-agama setelahnya; karena sebagaimana yang telah dijelaskan secara detil pada tempatnya,[1] ajaran-ajaran para nabi laksana ajaran-ajaran pelbagai tingkatan pendidikan dan pengajaran semenjak tingkat SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi, meski prinsip mereka satu, namun pelajaran-pelajaran yang diajarkan harus dipraktikan dan dijalankan pada pelbagai tingkat dan jenjang pendidikannya masing-masing. Tatkala seorang murid naik jenjang pendidikan yang lebih tinggi maka secara otomatis jenjang pendidikan yang lebih rendah akan dikesampingkan namun pada saat yang sama seluruh jenjang pendidikan ini tetap mendapatkan penghormatan dan perhatian

Untuk apa setan diciptakan

Untuk apa setan diciptakan?
Setan sejak awal penciptaannya memiliki kekudusan sebagaimana makhluk-makhluk lainnya. Setan dengan ikhtiar penuhnya jatuh, menyimpang dan memilih sendiri untuk celaka. Oleh karena itu, Tuhan tidak menciptakan iblis sebagai setan. Ia sendiri yang menghendaki dirinya menjadi setan. Namun, tindakan setaninya itu tidak sekedar mencelakakan para hamba Tuhan, tetapi Juga merupakan tangga kesempurnaan mereka.
    Banyak yang bertanya bahwa sekiranya manusia diciptakan untuk mencapai kesempurnaan dan kebahagiaan melalui Jalan penyembahan (ibadah), keberadaan setan sebagai makhluk pembinasa adalah oposisi kesempurnaan. Apakah alasannya sehingga setan mesti ada? Ia adalah makhluk yang licik, penuh dendam, makar, penuh tipu-daya, dan beracun!

Apabila kita sedikit merenung, kita akan ketahui bahwa kehadiran musuh ini adalah untuk mendukung pencapaian manusia ke tingkat kesempurnaan. Kita tak perlu pergi jauh. Kekuatan resistensi dalam menghadapi musuh-musuh senantiasa ada pada jiwa manusia dan la dapat mengantarkannya ke jalan kesempurnaan.

Para komandan dan prajurit-prajurit tangguh dan terlatih adalah orang-orang yang berjibaku dengan musuh-musuh berat pada pertempuran-pertempuran besar.

Para politikus yang berpengalaman dan berpengaruh adalah mereka yang bertarung dengan musuh-musuh yang kuat dalam dunia politik yang kritis dan pelik.

Para juara besar gulat adalah pegulat-pegulat yang berjajal dengan rival-rival tangguh dan berat.

Oleh karena itu, tidak perlu takjub bila kita menyaksikan para hamba Tuhan setiap hari semakin kuat dan gairah dalam bertempur secara berkesinambungan dengan setan.

Dewasa ini para ilmuwan berkomentar tentang filsafat adanya mikroba-mikroba penggangu, “Sekiranya mikroba-mikroba tidak ada, maka sel-sel badan manusia pada suatu keadaan akan lemah dan kebas (karena kedinginan), dan kemungkinan tingginya postur manusia tidak akan melewati 80 sentimeter; semuanya dalam bentuk manusia-manusia cebol. Dengan demikian, manusia hari ini memperoleh kekuatan dan tinggi tubuh yang lebih karena mereka selalu dalam kontraksi dengan mikroba-mikroba pengganggu itu.

Demikian juga ruh manusia dalam berkonfrontasi dengan setan dan hawa nafsu.

Namun, hal ini tidak berarti bahwa setan memiliki tugas untuk menyelewengkan para hamba Tuhan. Setan sejak awal penciptaannya memiliki kekudusan sebagaimana makhluk-makhluk lainnya. Setan dengan ikhtiar penuhnya jatuh, menyimpang dan memilih sendiri untuk celaka. Oleh karena itu, Tuhan tidak menciptakan iblis sebagai setan. Ia sendiri yang menghendaki dirinya menjadi setan. Namun, tindakan setaninya itu tidak sekedar mencelakakan para hamba Tuhan, tetapi Juga merupakan tangga kesempurnaan mereka. (perhatikan baik-baik)

Kendati demikian, pertanyaan yang tersisa adalah mengapa Tuhan mengabulkan permohonannya untuk tetap hidup? Mengapa Tuhan tidak melenyapkannya sejak dahulu?

Jawaban pertanyaan ini sama dengan jawaban yang telah kami sebutkan di atas. Dengan ungkapan lain, alam semesta adalah arena ujian dan cobaan. (Ujian ini adalah wasilah pembinaan dari penyempurnaan manusia). Dan kita ketahui, ujian hanya berarti bila berhadapan dengan musuh-musuh besar, krisis-krisis kehidupan yang datang menekan.

Tentu saja, sekiranya setan tidak ada, hawa nafsu dan sifat was-was manusia akan ditempatkan menjadi medan ujian baginya . Namun, dengan kehadiran setan, tanur ujian ini semakin membara, lantaran setan adalah pelaku eksoteris (lahir), sementara hawa nafsu adalah pelaku esoteris (batin).

Jawaban atas Sebuah Pertanyaan

Satu pertanyaan lain yang muncul adalah bagaimana mungkin Tuhan membiarkan kita sendiri berkonfrontasi dengan musuh tanpa welas asih dan kuat ini?

Jawaban pertanyaan ini dapat diperoleh dengan menaruh perhatian terhadap satu poin, yaitu -sebagaimana yang telah disebutkan dalam AI-Qur’an- bahwa Allah swt. mempersenjatai mukminin dengan para malaikat sebagai lasykar mereka untuk membangun dunia bersama kekuatan-kekuatan gaib dan maknawi yang mereka miliki dalam rangka memerangi diri sendiri (jihad an-nafs) dan bertempur melawan musuh.

“Sesungguhnya orang-orang yang berkata, ‘Tuhan kami adalah Allah ‘: kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka maka malaikat akan turun kepada mereka [dengan mengatakan], Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; gembirakanlah mereka dengan [memperoleh] surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu. Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat …’” (QS. Fushshilat [33]: 30-31)

Poin penting lainnya adalah setan sekali-kali tidak akan masuk ke relung hati kita. Dan ia tidak akan dibiarkan melewati batas negara ruh tanpa memegang pasport. Serangannya tidak pernah membuat manusia lalai. Ia masuk ke dalam kediaman hati kita dengan ijin kita. Ya! Ia masuk melalui pintu, tidak melalui celah-celah rumah hati kita. Dan kitalah yang membuka pintu baginya untuk masuk. Demikianlah di dalam Al-Qur’an ditegaskan, “Sesungguhnya setan itu tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakal kepada Tuhannya. Sesungguhnya kekuasaannya [setan] hanyalah atas orang-orang yang menjadikannya pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah. “ (QS. An-Nahl [16]: 99-100)

Secara asasi, perbuatan-perbuatan manusialah yang menyebakan lapangan bagi setan untuk melakukan infiltrasi. Sebagamana disinggung dalam Al-Qur’an, ”Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” (QS. Al-Isra’ [17]: 27)

Namun di atas segalanya, untuk meraih keselamatan dari Jerat-Jerat setan dan prajuritnya dalam bentuk yang beraneka ragam, seperti syahwat, pusat-pusat kerusakan, politik-politik busuk, sekte-sekte yang menyimpang, budaya-budaya rusak dan merusak, jalan untuk selamat hanyalah berlindung kepada iman dan takwa, serta sinar kasih Tuhan Yang Mahakasih dan menyerahkan diri kepada Dzat Yang Mahakudus. AI-Qur’an berfirman, “…kalau tidaklah karena rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut setan, kecuali sebagian kecil saja [di antaramu].” (QS. An-Nisa [4]: 83)[1]
sumber : abna

Nelayan Aceh Selamatkan 121 Warga Rohingya

Nelayan Aceh Selamatkan 121 Warga Rohingya
      Sekitar 121 pengungsi Rohingya yang ditemukan mengapung di perairan Indonesia dekat Aceh tersebut. Kondisinya mengenaskan, lemas karena kelaparan. Warga Muslim yang tak diakui sebagai warga negara Myanmar ini ditemukan terombang-ambing di laut, setelah perahu yang mereka tumpangi bermasalah dengan mesin. Nelayan setempat membantu menarik perahu mereka ke perairan Muara Batu.
Nelayan di Indonesia bagian barat, Selasa (26/2), menyelamatkan puluhan warga Muslim Rohingya yang telah berlayar dari Myanmar, demikian lapor AFP.
Ke-121 pencari suaka itu ditemukan terapung sekitar 25km dari desa pesisir Cot Trueng, di ujung utara Sumatera, kata kepala desa Mukhtar Samsyah.
Pencari suaka Farid Alam mengatakan perahu itu telah dicegat di perairan Thailand oleh pasukan keamanan tiga hari setelah mereka meninggalkan Myanmar empat minggu lalu.
"Mereka naik ke atas perahu kami, membuang makanan dan bensin kami dan kemudian menarik perahu kami jauh ke laut. Pada waktu malam, mereka menembaki kami," katanya kepada AFP dari sebuah pusat penahanan imigrasi di Lhokseumawe.
Alam mengatakan pada awalnya ada selusin orang lebih banyak di atas perahu, yang mungkin telah "ditembak mati dan jatuh ke laut".
Ditemukan Lemas Kelaparan
Sekitar 121 pengungsi Rohingya yang ditemukan mengapung di perairan Indonesia dekat Aceh tersebut. Kondisinya mengenaskan, lemas karena kelaparan
Warga Muslim yang tak diakui sebagai warga negara Myanmar ini ditemukan terombang-ambing di laut, setelah perahu yang mereka tumpangi bermasalah dengan mesin. Nelayan setempat membantu menarik perahu mereka ke perairan Muara Batu.
Saat ditemukan, mereka dalam keadaan lemas karena kelaparan. “Mereka kelaparan karena sudah telantar berhari-hari. Persediaan makanan juga sudah habis,” jelas salah satu staf imigrasi Lhokseumawe, Yusuf, kemarin.
Dokter di rumah sakit Lhokseumawe, Herry Luthfi, mengatakan bahwa mesin kapal yang mereka tumpangi rusak. Kapal itupun ditemukan oleh nelayan di wilayah yang terletak sekitar 25 kilometer dari lepas pantai.
Dari 121 pengungsi, enam di antaranya adalah wanita dan dua balita. Kepala Seksi Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian Kantor Imigrasi Lhokseumawe, Albert Delius, menyebutkan, mereka ditampung sementara di rumah warga Desa Cot Trueng.
Menurut Abert, untuk mendapat penanganan dan pengawasan yang lebih baik, pihaknya akan memindahkan para imigran Rohingya ini ke kantor Imigrasi lama di Kawasan Peunteut Lhokseumawe. “Mereka sudah didata dan akan segera dipindahkan untuk mendapat pengawasan yang lebih baik,” katanya.
Kasus etnis Rohingya terdampar di Aceh bukan yang pertama. Pada Januari 2009, 197 etnis Rohingya terdampar di perairan Sabang. Pada tahun yang sama, 127 lainnya terdampar di perairan Idi Rayeuk, Aceh Timur. Selanjutnya pada 1 Februari 2012, sebanyak 54 warga Rohingya terdampar di perairan Krueng Geukuh, Kecamatan Dewantara, Aceh Utara. Mereka hendak mengarungi samudera menuju tanah harapan di Australia, Malaysia dan Thailand.

‘Warga Rohingya adalah warga keturunan Benggala yang menetap di Negara Bagian Arakan, Myanmar. Mereka terpaksa lari dari kampung halamannya karena konflik komunal dengan warga pribumi Arakan,” cetusnya.
Rohingya juga tidak diakui sebagai warga Myanmar karena dianggap sebagai imigran gelap. Mereka sering melarikan diri ke Bangladesh, Thailand, Malaysia dan India. PBB menyebut warga minoritas Myanmar itu sebagai kelompok minoritas yang paling teraniaya di dunia ini.

Diperkirakan, ada sekitar 800 ribu warga Rohingya yang tinggal di wilayah Rakhine. Namun, setelah bentrokan dengan etnis Budha Rakhine Juni tahun lalu, dicatat 100 orang tewas dan 75 ribu orang lainnya melarikan diri. Mayoritas dari korban adalah etnis Rohingya.

Sabtu, 23 Februari 2013

Hati Menurut Islam

    Sesungguhnya amalan-amalan hati memiliki nilai dan kedudukan yang sangat tinggi, memperhatikan dan berilmu dengannya adalah termasuk al-maqashid (tujuan) bukan sekedar wasa`il (sarana dan perantara). Karenanya termasuk perkara yang terpenting adalah menjelaskan urgensi dan kedudukannya dalam nash-nash Al-Qur`an dan As-Sunah, serta menjelaskan berbagai maslahat yang lahir dari baiknya hati serta semua mafsadat yang lahir dari jeleknya hati. Karenanya Allah   mengingatkan, “Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-Syams: 9-10)
Pembahasan mengenai amalan-amalan hati termasuk pembahasan yang sangat panjang di dalam kitab-kitab para ulama, dan membahas semua itu tentunya akan memakan waktu yang sangat lama. Karenanya pada kesempatan yang ringkas ini kita hanya akan membicarakan beberapa poin yang berkenaan dengannya:
a)    Definisi dan tempat hati.
b)    Kedudukan hati.
c)    Perbandingan antara hati dengan pendengaran dan penglihatan.
d)    Hal-hal yang memperbaiki hati.
e)    Hal-hal yang merusak hati.
f)    Yang dimaksud dengan amalan hati.
g)    Hukum amalan hati dari sisi pahala dan dosa.
h)    Keutamaan amalan hati dibandingkan amalan jawarih (anggota tubuh).
i)    Pembagian manusia dalam mengamalkan amalan hati.
Pertama: Definisi dan letak hati.
Kata hati (arab: qalbun) mempunyai dua penggunaan dalam bahasa:
a.    Menunjukkan bagian yang paling murni dan paling mulia dari sesuatu.
b.    Bermakna merubah dan membalik sesuatu dari satu posisi ke posisi lain.
Lihat Mu’jam Maqayis Al-Lughah
Kedua makna ini sesuai dengan makna hati secara istilah, karena hati merupakan bagian yang paling murni dan paling mulia dari seluruh makhluk hidup yang mempunyainya, dan dia juga sangat rawan untuk berbolak-balik dan berubah haluan. Nabi  bersabda:
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ
“Wahai Yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agamamu.” (HR. At-Tirmidzi dari Anas bin Malik )
Adapun letaknya, maka Al-Qur`an dan As-Sunnah menunjukkan bahwa dia terletak di dalam dada. Allah  berfirman, “Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.” (QS. Al-Hajj: 46)
Dan Nabi  juga bersabda tentang ketaqwaan, “Ketakwaan itu di sini, ketakwaan itu di sini,” seraya beliau menunjuk ke dada beliau (HR. Muslim dari Abu Hurairah). Dan tempat ketakwaan tentunya adalah dalam hati.
Bertolak dari hal ini para ulama juga membahas mengenai letak akal. Seluruh kaum muslimin bersepakat -kecuali mereka yang terpengaruh dengan filosof dan ilmu kalam- bahwa akal itu terletak di dalam hati, bukan di otak. Allah  berfirman, “Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat berakal dengannya.” (QS. Al-Hajj: 46)
Kalau begitu letak akal adalah di dalam hati, di dalam dada, walaupun tidak menutup kemungkinan dia (akal) mempunyai hubungan dengan otak, sebagaimana tangan yang terluka akan berpengaruh pada seluruh anggota tubuh lainnya. Karenanya kalau ada seseorang yang kepalanya dipukul atau terkena benturan yang keras maka terkadang menyebabkan akal dan ingatannya hilang.
Kedua:  Kedudukan hati.
Nabi  bersabda dalam hadits Ibnu Mas’ud:
أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ
“Ketahuilah, sesungguhnya di dalam hati ada segumpal daging yang kalau dia baik maka akan baik pula seluruh anggota tubuh, dan kalau dia rusak maka akan rusak pula seluruh anggota tubuh, ketahuilah di adalah hati.” (Muttafaqun alaih)
Ibnu Rajab Al-Hanbali berkata, “Dalam hadits ini ada isyarat yang menunjukkan bahwa baiknya gerakan anggota tubuh seorang hamba, dia meninggalkan semua yang diharamkan dan menjauhi semua syubhat, sesuai dengan baiknya gerakan hatinya.” (Jami’ Al-Ulum Wa Al-Hikam: 1/210)
Ketiga: Perbandingan antara hati dengan pendengaran dan penglihatan.
Ketiga anggota tubuh ini merupakan anggota tubuh terpenting pada tubuh manusia karena pada ketiganyalah semua ilmu dan pengetahuan berputar. Allah  berfirman, “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS. Al-Isra`: 36) Allah mengkhususkan penyebutkan ketiganya di antara semua anggota tubuh lainnya karena merekalah anggota tubuh yang paling mulia dan paling sempurna. Syaikhul Islam Ibnu Taimiah menyebutkan perbandingan ketiga anggota tubuh ini dalam Al-Majmu’ Al-Fatawa (9/310) yang kesimpulannya sebagai berikut:
Penglihatan adalah yang terendah di antara ketiganya karena dia hanya bisa mengetahui sesuatu yang terlihat pada saat itu, berbeda halnya dengan pendengaran dan hati karena kedua bisa mengetahui sesuatu yang tidak terlihat, baik yang terjadi di zaman dahulu maupun di zaman yang akan datang. Kemudian pendengaran dan hati berbeda dari sisi: Hati itu sendiri bisa memahami sesuatu sementara pendengaran hanya berfungsi sebagai pengantar ucapan -yang berisi ilmu- kepada hati.
Keempat: Hal-hal yang memperbaiki hati.
Jumlahnya sangatlah banyak, di antaranya:
a.    Al-mujahadah (kesungguhan) dalam memperbaikinya.
Allah   berfirman, “Dan orang-orang yang bermujahadah untuk (mencari keridaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami.” (QS. Al-Ankabut: 69)
Abu Hafsh An-Naisaburi berkata, “Saya menjaga hatiku selama dua puluh tahun kemudian dia yang menjagaku selama dua puluh tahun.” (Nuzhah Al-Fudhala`: 1205)
b.    Banyak mengingat kematian dan hari akhirat.
Rasulullah  bersabda dalam hadits Abu Hurairah :
أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ يَعْنِي الْمَوْتَ
“Perbanyaklah mengingat penghancur kelezatan, yakni kematian” (HR. Imam Empat kecuali Abu Daud)
Dan beliau juga bersabda tentang ziarah kubur, “Karena sesungguhnya dia mengingatkan kalian kepada negeri akhirat -dalam sebagian riwayat: Kematian-.” (HR. An-Nasa`i dan Ibnu Majah juga dari Abu Hurairah )
Dan dalam Al-Qur`an dan As-Sunnah sangat banyak ayat dan hadits yang mengingatkan akan kengerian hari kiamat dan dahsyatnya api neraka.
Said bin Jubair -rahimahullah- berkata, “Seandainya mengingat kematian hilang dari hatiku niscaya saya khawatir kalau hal itu akan merusak hatiku.”
c.    Bergaul dengan orang-orang yang saleh.
Dalam hal ini Nabi   bersabda sebagaimana dalam hadits Abu Musa Al-Asy’ari :
إِنَّمَا مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً
“Perumpamaan teman duduk yang baik dengan teman duduk yang jelek adalah seperti penjual minyak wangi dan pandai besi. Adapun penjual minyak wangi, maka mungkin dia akan memberikannya kepadamu atau mungkin juga kamu akan membeli darinya atau paling tidak kamu mencium bau wangi di sekitarmu. Adapun pandai besi, maka kalau dia tidak membakar pakaianmu maka paling tidak kamu mencium bau busuk di sekitarmu”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Bahkan Allah Ta’ala telah berfirman, “Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka,” (QS. Hud: 113)
d.    Hatinya selalu terkait dengan Penciptanya dan Sembahannya.
Ini adalah jenjang ihsan yang Rasulullah  telah jelaskan definisinya dalam hadits Jibril yang masyhur, “Engkau menyembah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan kalau kamu tida sanggup melihat-Nya maka yakinlah kalau Dia melihatmu.” (Muttafaqun alaih)
Ibnu Al-Qayyim berkata dalam Al-Wabil Ash-Shayyib, “Sesungguhnya di dalam hati ada wahsyah (sifat liar) yang tidak bisa dihilangkan kecuali dengan ketenangan dalam mengingat Allah, di dalamnya ada kesedihan yang tidak bisa dihilangkan kecuali dengan kegembiraan mengenal-Nya, dan padanya ada kefakiran yang tidak bisa dihilangkan kecuali dengan kejujuran tawakkal kepada-Nya, yang seandainya seseorang diberikan dunia beserta segala isinya niscaya kefakiran tersebut tidak akan hilang.”
e.    Amalan saleh dengan semua bentuknya.
Allah Ta’ala berfirman, “Barang siapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barang siapa yang berbuat jahat maka (dosanya) atas dirinya sendiri.” (QS. Fushshilat: 46)
Ibnu Abbas  berkata, “Sesungguhnya amalan baik memberikan cahaya pada hati, kecemerlangan pada wajah, kekuatan pada badan, tambahan pada rezeki, kecintaan di dalam hati-hati para hamba.”
Dan sebesar-besar bahkan landasan setiap amalan yang saleh adalah ilmu agama yang bermanfaat, dengannyalah seorang hamba mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat.
f.    Memanfaatkannya (hati) sesuai dengan tujuan penciptaannya.
Ini adalah hal yang bisa dipahami secara akal, yakni suatu benda yang dibuat untuk mengerjakan sesuatu pasti akan rusak kalau digunakan untuk selain dari tujuan pembuatannya. Dan tujuan diciptakannya hati dan akal adalah untuk mentadabburi ayat-ayat Allah yang bersifat syar’i dan kauni yang darinya akan lahir amalan-amalan sebagai tanda keimanan dia kepada Allah.
Pernah ditanyakan kepada Ummu Ad-Darda` -radhiallahu anha- tentang ibadah suaminya yang paling sering dia lakukan, maka beliau menjawab, “Berpikir dan mengambil pelajaran (darinya).”
g.    Berdzikir kepada Allah Ta’ala.
Allah Ta’ala berfirman, “Barang siapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al Qur’an), Kami adakan baginya setan (yang menyesatkan) maka setan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya.” (QS. Az-Zukhruf: 36)
Dan Allah   berfirman, “Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”. Berkatalah ia: “Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?” Allah berfirman: “Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamu pun dilupakan.” (QS. Thaha: 124-126)
Dan Allah berfirman, “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28)
Kelima: Hal-hal yang merusak hati.
Telah jelas pada pembahasan sebelumnya perkara apa saja yang merusak hati, yaitu dengan mengetahui kebalikan semua perkara yang memperbaiki hati. Dan di sini kita tambahkan beberapa perkara:
a.    Melampaui batas dalam semua perkara.
Allah Ta’ala berfirman, “Bermegah-megahan telah melalaikan kamu.” (QS. At-Takatsur: 1)
Dan Allah   berfirman, “Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS. Al-A’raf: 31)
Al-Fudhail bin Iyadh berkata, “Ada dua perkara yang menjadikan hati menjadi keras: Terlalu banyak bicara dan terlalu banyak makan.” (Nuzhah Al-Fudhala`: 779)
b.    Memakan makanan yang haram.
Karena makanan merupakan salah satu unsur pembentuk hati, dan telah shahih dari Nabi  bahwa beliau bersabda, “Daging mana saja yang tumbuh dari sesuatu yang haram maka neraka lebih pantas baginya.”
c.    Tenggelam dalam mengejar dunia.
Telah datang tahdziran dari Allah dan Rasul-Nya mengenai fitnah dunia, di antaranya Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau.” (QS. Muhammad: 36)
Dan Rasulullah  telah bersabda dalam hadits Abu Said Al-Khudri :
فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءَ فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِي إِسْرَائِيلَ كَانَتْ فِي النِّسَاءِ
“Maka takutlah kalian kepada fitnah dunia dan takutlah kalian kepada fitnah wanita, karena sesungguhnya fitnah yang pertama kali menimpa Bani Israil adalah dalam masalah wanita.” (HR. Muslim)
Keenam: Yang dimaksud dengan amalan hati.
Yang dimaksud dengannya adalah semua amalan yang letaknya di dalam hati atau yang mempunyai hubungan dengannya. yang terbesar darinya adalah keimanan kepada Allah, cinta, takut dan berharap kepada-Nya, taubat dan kembali kepada-Nya, tawakkal, sabar, yakin, khusyu’, ikhlas dan semacamnya. Darinya kita sudah bisa membedakan antara amalan hati, amalan lisan -seperti berzikir dan berdoa-, dan amalan anggota tubuh –seperti ruku’, sujud dan semacamnya-.
Ketujuh: Hukum amalan hati dari sisi pahala dan dosa.
Dalam hal ini dia sama dengan amalan anggota tubuh lainnya walaupun dari sisi kedudukan, dia lebih utama darinya. Maka kalau seseorang dihukum ketika dia melakukan ghibah dengan lisannya, maka demikian pula dia akan dihukum ketika hatinya bertawakkal kepada selain Allah. Apalagi yang memang merupakan ibadah hati, maka seseorang akan dihukum ketika hatinya meninggalkan ibadah tersebut walaupun dia tidak menampakkannya dalam amal perbuatannya, seperti cinta kepada Allah, keyakinan hanya Allah yang mengetahui perkara ghaib dan semacamnya.
Kedelapan: Keutamaan amalan hati dibandingkan amalan jawarih (anggota tubuh).
Keutamaannya bisa ditinjau dari beberapa sisi:
a.    Rusaknya ibadah hati terkadang menyebabkan rusaknya ibadah yang berkenaan dengan anggota tubuh, contohnya keikhlasan dalam ibadah. Allah   berfirman dalam hadits qudsi:
أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنْ الشِّرْكِ مَنْ عَمِلَ عَمَلًا أَشْرَكَ فِيهِ مَعِي غَيْرِي تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ
“Saya adalah Dzar yang paling tidak butuh kepada kesyirikan, karenanya barangsiapa yang mempersekutukan saya dalam ibadahnya maka Saya akan meninggalkannya dan apa yang dia sekutukan.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah )
b.    Amalan hati -yang asalnya adalah tauhid- merupakan asas untuk selamat dari neraka dan masuk ke dalam surga.
Nabi  bersabda dalam hadits Jabir riwayat Muslim:
مَنْ لَقِيَ اللَّهَ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ لَقِيَهُ يُشْرِكُ بِهِ دَخَلَ النَّارَ
“Barangsiapa yang berjumpa dengan Allah dalam keadaan tidak berbuat kesyirikan sedikit pun maka dia akan masuk surga, dan barangsiapa yang berjumpa dengan Allah dalam keadaan berbuat kesyirikan maka dia akan masuk neraka.”
c.    Ibadah hati lebih berat dilaksanakan daripada ibadah jawarih.
Muhammad bin Al-Munkadir berkata, “Saya melatih jiwaku selama empat puluh tahun sampai akhirnya dia bisa istiqamah.” (Nuzhah Al-Fudhala`: 607)
Dan Yunus bin Ubaid -rahimahullah- juga pernah berkata, “Sesungguhnya saya telah menawarkan kepada jiwaku agar dia mencintai untuk manusia pada apa yang dia cintai untuk dirinya sendiri dan membenci untuk manusia pada apa yang yang dia benci untuk dirinya sendiri, tapi ternyata itu sangat jauh darinya. Kemudian pada kesempatan lain saya menawarkan kepadanya agar dia tidak menyebut-nyebut mereka (orang lain) kecuali dengan kebaikan dan agar tidak menyebut dan tidak membicarakan mereka dengan kejelekan, akan tetapi saya menilai puasa di siang hari yang sangat panas lebih mudah baginya (jiwa) daripada itu.” (Nuzhah Al-Fudhala`: 539)
d.    Amalan hari merupakan pendorong dan penggerak dari amalan jawarih.
Telah berlalu ucapan Ibnu Abbas yang menunjukkan akan hal itu. Dan Utbah Al-Ghulam -rahimahullah- juga pernah berkata, “Barangsiapa yang mengenal Allah niscaya dia akan mencintai-Nya, dan barangsiapa yang mencintai-Nya niscaya dia akan menaatinya.”
e.    Terkadang ibadah hati bisa menjadi pengganti dari ibadah jawarih.
Misalnya dalam jihad, Nabi  bersabda:
إِنَّ بِالْمَدِينَةِ لَرِجَالًا مَا سِرْتُمْ مَسِيرًا وَلَا قَطَعْتُمْ وَادِيًا إِلَّا كَانُوا مَعَكُمْ –في رواية: إِلَّا شَرِكُوكُمْ فِي الْأَجْرِ- حَبَسَهُمْ الْمَرَضُ
“Sesungguhnya di Madinah ada beberapa orang yang tidaklah kalian menempuh satu pun perjalanan dan tidaklah kalian melewati satu pun lembah kecuali mereka  bersama kalian -dalam sebagian riwayat: Bersekutu dengan kalian dari sisi pahala-, mereka adalah orang-orang yang ditahan oleh penyakit.” (HR. Muslim dari Jabir  dan Al-Bukhari dari Anas  yang semakna dengannya)
f.    Amalan jawarih mempunyai batas yang telah ditentukan, baik dari sisi pelaksanaan maupun pahala, berbeda halnya dengan amalan hati.
Hal ini disebutkan oleh Ibnu Al-Qayyim dalam Madarij As-Salikin. Aisyah -radhiallahu anha- berkata dalam hadits riwayat Muslim:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَذْكُرُ اللَّهَ عَلَى كُلِّ أَحْيَانِهِ
“Adalah Rasulullah  selalu mengingat Allah dalam setiap keadaan beliau.”
Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az-Zumar: 10)
g.    Amalan hati ada yang terus-menerus berlanjut pada saat amalan jawarih terhenti atau melemah.
Di dalam kubur seseorang menjawab pertanyaan kedua malaikat dengan tauhidnya, penghuni surga senantiasa mencintai, mengagungkan dan memuliakan Allah. Akan tetapi mereka (yang dalam kubur atau di surga) tidak lagi mengerjakan shalat, puasa dan seterusnya dari ibadah anggota tubuh.
h.    Ibadah hati penentu besar kecilnya nilai dan pahala ibadah anggota tubuh, bahkan -dalam sebagian keadaan- dia bisa menjadi penentu diterima atau tertolaknya ibadah anggota tubuh.
Rasulullah  bersabda, “Sesungguhnya setiap amalan ibadah tergantung dengan niatnya, dan setiap orang hanya akan mendapatkan apa yang dia niatkan,” al-hadits. (Muttafaqun alaih dari Umar )
Abdullah bin Al-Mubarak berkata, “Betapa banyak amalan kecil yang dibuat banyak (besar) oleh niatnya, dan betapa banyak amalan yang banyak (besar) dibuat kecil oleh niatnya.”
Kesembilan: Pembagian manusia dalam mengamalkan amalan hati.
Imam Ibnu Al-Qayyim Al-Jauziah menyebutkan tiga keadaan manusia dalam hal ini:
a.    Di antara mereka ada yang sibuk mengurusi ibadah-ibadah hati dan memperbaiki hatinya, akan tetapi dia meninggalkan dan melalaikan amalan-amalan yang zhahir.
b.    Sekelompok lainnya jutsru melakukan sebaliknya.
c.    Kelompok yang ketiga -dan ini yang tepat-, adalah mereka yang memperhatikan dan menjaga kedua jenis amalan ini tanpa ada bentuk tafrith (penyepelean) dan ifrath (extrim) padanya,
Dan mungkin bisa ditambahkan keadaan yang keempat -dan ini juga beliau isyaratkan dalam kitab beliau yang lain-: Kelompok yang menelantarkan keduanya

Jumat, 22 Februari 2013

Hadiah untuk Kepala Salman Rushdie Naik Menjadi 3,3 Juta Dollar AS

Novelis dan Penulis The Satanic Verses, Salman Rushdie. (blogs.wsj.net)
Iran telah menaikkan hadiah bagi kepala penulis murtad Salman Rushdie sebanyak 500 ribu dollar AS atas penghinaan terhadap Nabi Muhammad Saw.

Pengurus Yayasan 15 Khordad, Ayatullah Sheikh Hassan Sane'ei membuat pernyataan itu pada hari Sabtu (15/9) menyusul protes di seluruh dunia terhadap produksi film asusila di AS, yang menghina Nabi Muhammad SAW, ISNA melaporkan.

Dia menambahkan bahwa hadiah yang diumumkan oleh Imam Khomeini qs atas kepala penulis tersebut kini meningkat sebesar 500 ribu dollar AS sehingga menjadi 3,3 juta dollar AS atau sekitar Rp 30 milyar.

Film menghujat Islam itu telah memicu aksi protes di Iran, Mesir, Libya, Tunisia, Sudan, Indonesia, Malaysia, Pakistan, Afghanistan, dan di negara-negara Eropa termasuk Inggris, di mana demonstran membakar boneka Presiden Barack Obama dan bendera AS.

Novelis dan penulis keturunan India-Inggris dijatuhi hukuman mati oleh Imam Khomeini qs karena menghina Nabi Muhammad Saw dalam novel keempatnya, The Satanic Verses, yang ditulis pada tahun 1988 dan memicu protes global dengan umat Islam di seluruh dunia.

Imam Khomeini mengeluarkan fatwa (perintah agama) pada 14 Februari 1989 menuntut kematiannya.

Pengurus Yayasan 15 Khordad juga mengatakan bahwa tindakan menghina kesucian Islam tidak akan dihentikan hingga keputusan Imam kepada Salman Rushdie dilakukan.

"Almarhum Imam Khomeini (Pemimpin Revolusi Islam) berupaya untuk membasmi plot hujatan ini yang dijalankan oleh agen-agen AS dan rezim Zionis melalui pengumuman hadiah ini, dan sekarang adalah waktu terbaik untuk memenuhi tugas ini", pernyataan itu menambahkan.

Ayatullah Sane'ei mengatakan bahwa yayasannya mendukung orang-orang yang aktif melawan plot dan konspirasi anti-Isla

Kamis, 21 Februari 2013

Inspirasi Besar: Mahasiswa Harus Bangun Solusi

Setidaknya, ada ribuan protes mahasiswa dari berbagai macam kampus dan latar belakang yang berbeda. Tentunya, protes-protes itu ditujukan kepada pemerintah dalam upaya pemberdayaan ekonomi dan perbaikan kesejahteraan masyarakat. Belum lagi, protes akibat koruptor yang merajalela, sampai-sampai negeri ini identik dengan istilah ‘sarang korupsi’ bagi masyarakatnya sendiri.

Mahasiswa yang sejak awal diterima oleh sebuah kampus, pasti terkenal dengan orang-orang yang kritis dan mempunyai integritas yang tinggi. Mampu berfikir secara terbuka dengan gaya yang khas di mata masyarakat. Istilah ‘demo’ mungkin tidak terlepas dari jiwa-jiwa mahasiswa, karena ada demo (protes), di situlah mahasiswa berdiri tegak dan berteriak lantang untuk menyuarakan aspirasinya. Suara mahasiswa memang suara rakyat, dan integritas mahasiswa adalah integritas pemuda. Karena pemahaman itulah, mahasiswa gagah berani, merajalela demo sebuah kebijakan.

Namun gagahnya menjadi mahasiswa, tidak terlalu menonjol dengan apa yang lekat dalam benak masyarakat. Masyarakat justru menilai bahwa mahasiswa hanya pandai berdemo, namun tidak memiliki solusi bagi setiap masalah yang ada. Mahasiswa, kata banyak orang, ibarat hanya pintar teori kebaikan, namun tidak pintar dalam berbuat kebaikan. Di sisi lain ada yang menggambarkan, bahwa mahasiswa identik dengan prilaku bebas. Parahnya, mahasiswa bisa dianggap provokator terjadinya bentrokan antar warga, dan lain sebagainya.

Pejamkan mata dan singkirkan dari sekarang anggapan-angapan masyarakat itu. Saatnya mahasiswa membuka mata dan hati untuk bangun solusi dengan kecerdasannya. Bangun hakikat integritas dalam hati dengan pancasila sebagai ideologi negara. Istilah “singsingkan lengan bajumu”, bukan lagi bertindak gragas tanpa arah, namun dengan perhitungan-perhitungan yang matang dan solusi-solusi sesuai dengan dedikasi ilmu yang dipilihnya.

Temukan Solusi Diri
Masalah selalu kian menghadang, baik itu masalah besar setingkat negara maupun masalah diri sendiri. Bagi mahasiswa, masalah negara adalah masalah dirinya, karena dengan begitu dia dapat berprotes ria untuk sekadar berteriak, bahwa “aku tidak setuju dengan kebijakan pemerintah”. Untuk itu, agar memperoleh solusi sebuah masalah negara, tentunya ada cara yang tepat untuk mandapatkanya.

Salah satu yang dipercaya oleh banyak orang, adalah “temukan solusi diri” dahulu, karena dengan mampunyai menemukan solusi diri, mahasiswa sadar akan fungsinya. Tidak perlu gatal untuk berteriak bahwa kebijakan pemerintah itu salah, namun jika mahasiswa sadar akan fungsinya, dia akan berprilaku sesuai analisisnya terhadap kebijakan pemerintah yang menurutnya salah.

Sebagaimana seorang Nelson Mandela, Bung Karno, dan Raden Ajeng Kartini. Para pahlawan itu menjadi orang-orang besar, karena protes kebijakan yang berpengaruh baginya. Nelson Mandela, protes dengan sistem Apharteid di negaranya Afrika Selatan, lalu beliau dipenjara. Dalam bui itu, Nelson menyadarkan bahwa dirinya memiliki fungsi untuk membebaskan negaranya dari Apharteid. Akhirnya dia membuat buku untuk membuka pikiran-pikiran barat (kulit putih) untuk tidak menerapkan sistem Apharteid, karena sistem Apharteid melanggar hak asasi manusia.

Bung Karno yang pernah diasingkan oleh Belanda, mampu dengan cerdas mengambil solusi-solusi di tengah krisis diri yang teransingkan. Dengan usahanya itu, beliau mampu membacakan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia yang diharapkan masyarakat Indonesia. Kemudian, Raden Ajeng Kartini dengan bukunya “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Buku legendaris itu, menyadarkan kita untuk memperlalukan hak yang sama terhadap perbedaan gender pria dan wanita.

Semua usaha pahlawan-pahlawan itu berawal dengan menemukan solusi dirinya dan menyadarkan fungsinya sebagai orang-orang besar, sehingga mampu menemukan dan melepas masalah besar bagi negaranya.

Demo dengan Tulisan
Besarnya prospek media, baik radio, online, surat kabar, dan televise, saat ini membuka banyak pengetahuan dan wawasan bagi siapa saja yang mendengar, membaca, dan melihat. Dengan peluang-peluang itu, khususnya surat kabar dan media online, diharapkan mahasiswa mampu memanfaatkannya dengan menulis opini atau artikel tentang apa yang diprotesnya. Namun, sesuai visi tulisan ini, bahwa opini dan artikel yang dibuat bukan hanya untuk mengkritisi masalah, tapi menyertakan dengan solusi tepat dan berguna bagi penyelesaian masalah.

Dengan memanfaatkan media, mahasiswa bisa membangun citranya sendiri. Mahasiswa tidak akan lagi dianggap provokator, bebas pergaulan atau anggapan negatif lainnya. Mahasiswa yang demo dengan tulisan, akan dianggap cerdas, karena mampu menulis dengan tujuan membangun, bukan sekadar demo (protes) yang sia-sia tanpa solusi. Dengan tulisan di media pula, mahasiswa mampu mengembangkan diri dengan gagasan-gagasan ‘liar’, namun terarah guna memperbaiki situasi.

Untuk itulah, bagaimanapun juga kita mencari solusi untuk menyelesaikan masalah, bukan untuk membuat masalah menjadi sulit. Lebih baik bagi mahsiswa, menulislah dengan membuat opini atau artikel untuk dikirimkan ke media cetak (surat kabar) maupun media online (portal berita). Sepertinya itu lebih baik dan efektif, dari pada turun ke jalan menuju bangunan yang diprotes dan siap membakar, beteriak, lalu bergandeng tangan lompat-lompat tanpa solusi tepat guna.*

Sabtu, 16 Februari 2013

Jawaban Rahbar atas USA

Rahbar atau     Rahbar ataupemimpin Agung Revolusi Islam, Ayatullah Sayyid Ali Khamenei, menolak setiap pembicaraan langsung dengan Amerika Serikat di bawah tekanan dan ancaman.

"Saya bukan seorang diplomat. Saya seorang revolusioner dan berbicara dengan terus terang, jujur, dan tegas. Sebuah tawaran dialog dianggap masuk akal hanya bila si pembuat tawaran menunjukkan niat baik," kata Ayatullah Khamenei dalam pertemuan dengan para pejabat dan komandan Angkatan Laut Iran, hari ini (07/02).

"Kalian (Amerika) mengarahkan pistol ke Iran sambil mengatakan negosiasi atau kita tarik pelatuk! Kalian harus tahu bahwa tekanan dan negosiasi tidak bisa berjalan bersama-sama, dan bangsa Iran tidak akan terintimidasi oleh hal-hal seperti itu."

Hal itu itu tanggapan atas pernyataan yang dilontarkan oleh para pejabat Amerika yang mengatakan bahwa 'bola sekarang di pengadilan Iran,' beliau menegaskan, bahwa "Bola ada di pengadilan kalian, karena kalian harus menjawab pertanyaan,apakah masuk akal ketika Anda berbicara tentang negosiasi, namun pada saat yang sama Anda tetap melanjutkan tekanan dan ancaman. Ini tidak masuk akal sama sekali."

Rahbar menggarisbawahi, "Kami, tentu saja, memahami mereka (Amerika) yang membutuhkan perundingan itu, karena kebijakan Amerika di Timur Tengah telah gagal, dan untuk menggantikan kegagalan ini, mereka harus bermain kartu truf."

"Membawa Iran ke meja perundingan adalah kartu truf AS, dan itu menunjukkan bahwa mereka butuh Iran," kata Rahbar, seraya menambahkan bahwa AS berusaha mengumumkan kepada dunia bahwa mereka memiliki niat baik. "Namun, tak ada satupun yang melihat niat baik itu."

Berbicara dalam Konferensi Keamanan ke-49 di Munich Jerman 2 Februari lalu, Wakil Presiden AS Joe Biden mengatakan bahwa Washington siap untuk mengadakan pembicaraan langsung dengan Iran terkait program energi nuklir negara itu.

Amerika Serikat, rezim Zionis Israel dan beberapa sekutu mereka telah berulang kali menuduh Iran mengejar tujuan non-sipil dalam program energi nuklirnya.

Republik Islam Iran berpendapat bahwa sebagai penandatangan Traktat Non-Proliferasi (NPT) dan anggota IAEA, Teheran berhak untuk mengembangkan dan memperoleh teknologi nuklir untuk tujuan damai..

Beginilah Akhlak Pecinta Ahlulbait


 Beginilah Akhlak Pecinta Ahlulbait 1. Dari Ayahandaku, semoga Allah swt memberi rahmat kepadanya, ia mengatakan telah meriwayatkan kepadaku Ali Bin Husain Asyad Abadi dari Jabir bin Ju’fi, ia mengatakan telah berkata Abu Ja’far,: “Apakah cukup yang menjadi syiah dengan hanya mengatakan cinta kepada Ahlulbait? Imam menjawab, “Demi Allah , tiada lain Syiah kami adalah mereka yang bertakwa kepada Allah dan mentaati-Nya, Mereka hanya dikenal dengan ketawadhuan, kekhusyu’an, menunaikan amanat, dan banyak berdzikir kepada Allah, shaum, shalat, berbuat baik kepada orang tua, baik kepada tetangga yang miskin, yang fakir, yang punya hutang, anak-anak yatim, jujur, membaca Quran, menjaga lisan kecuali dengan perkataan yang baik, Orang-orang syiah adalah amanah bagi para keluarga mereka”. Jabir kemudian mengatakan,:“Wahai putra Rasulullah saw, kami mengenal mereka tetapi tidak memiliki sifat-sifat seperti ini”. ikh Shâduq (305-381)

Imam Shadiq as mengatakan,: “Syiah kami adalah ahli wara’, ahli ijtihad, penunai janji, amanah, ahli zuhud, ahli ibadah, suka sholat 51 raka’at sehari semalam, tahajud di malam hari, shaum di siang hari, membersihkan harta-harta mereka dan haji ke tanah suci.”

Beliau mengatakan,” Wahai Jabir janganlah engkau bermazhab kepada orang-orang yang hanya mengatakan aku cinta Ali as dan berwali kepadanya, dan jika ada yang mengatakan aku cinta kepada rasul dan dan Rasulullah lebih baik dari Ali as, tapi kemudian tidak mengikuti jalannya tidak mengamalkan sunnahnya maka kecintaannya itu tidak bermanfaat sedikitpun. Maka bertakwalah kepada Allah dan beramalah karena Allah, karena tidak ada kekerabatan antara Allah dan siapapun. Hamba yang paling dicintai dan dihormati di sisi Allah adalah yang paling bertakwa dan yang paling mentaati-NYA.Wahai Jabir seseorang hamba tidak bisa mendekati Tuhannya kecuali dengan mentaati-NYA. Arti dibebaskan dari Neraka tidak ada artinya dan tidak ada satupun diantara kalian yang menjadi hujjah bagi Allah. Siapa yang ta’at itulah bagian dari kami dan barangsiapa yang bermaksiat kepada Allah maka itu musuh kami, wilayah (kesetian) kepada kami tidak bisa dicapai kecuali dengan ketakwaan dan kewara’an.

2. Imam Shadiq as mengatakan,: “Syiah kami adalah ahli wara’, ahli ijtihad, penunai janji, amanah, ahli zuhud, ahli ibadah, suka sholat 51 raka’at sehari semalam, tahajud di malam hari, shaum di siang hari, membersihkan harta-harta mereka dan haji ke tanah suci.”

3. Dari Muhammad bin Musa Al-Mutawakil dari Ahmad bin Abdullah dari Abi Abdillah ia mengatakan,:“Tiada lain syiah Ali kecuali yang bersih perut dan kemaluannya, beramal untuk tuhannya, mengharapkan pahala dan takut kepada siksa-NYA.”

4. Muhammad bin Azlan mengatakan aku bersama Aba Abdillah, kemudian seseorang masuk dan mengucapkan salam. Ia ditanya bagaimana orang-orang yang engkau tinggalkan. Si lelaki yang datang tadi memuji-mujinya. Kemudian Aba Abdillah bertanya seberapa sering orang-orang kaya mereka mendatangi orang-orang miskin. Lelaki tadi menjawab sangat jarang. Kemudian ia ditanya lagi sejauhmana orang-orang kayanya menjenguk orang-orang miskin? . Lelaki tadi menjawab, :“Tuan menyebutkan sifat-sifat yang tidak dimiliki mereka. Abu Abdillah kemudian balik mengatakan,” Kenapa pula engkau menyebut mereka sebagai syiah?”

5. Semoga Allah swt memberi rahmat kepadanya, Seorang rawi mengatakan telah meriwayatkan kepadaku Ali Bin Husain Asyad Aabadi dari Jabir bin Ju’fi, ia mengatakan telah berkata Abu Ja’far,: “Apakah cukup yang menjadi syiah dengan hanya mengatakan cinta kepada Ahlulbait, demi Allah , tiada lain Syiah kami adalah mereka yang bertakwa kepada Allah dan mentaati-NYA, Mereka hanya dikenal dengan ketawadhuan, kekhusyu’an, menunaikan amanat, dan banyak berdzikir kepada Allah, shaum, shalat, berbuat baik kepada orang tua, baik kepada tetangga yang miskin, yang fakir, yang punya hutang, anak-anak yatim, jujur, membaca Quran, menjaga lisan kecuali dengan perkataan yang baik, Orang-orang syiah adalah amanah bagi para keluarga mereka”. Jabir kemudian mengatakan, “Wahai putra Rasulullah saw, kami mengenal mereka tetapi tidak memiliki sifat-sifat seperti ini”. Lalu aku bertanya,”Dimana bisa kutemukan orang-orang seperti itu?” Imam menjawab, “Mereka ada di pinggiran diantara pasar-pasar Itulah mereka yang dimaksud dengan firman Allah “merendahkan hati terhadap orang-orang mukmin dan berwibawa di depan orang-orang kafir.”

6. Meriwayatkan sebuah hadis kepadaku Muhammad bin Husan bin Alwalid semoga Allah meridhai mereka dari Mufadhol bin Qais dan Abi Abdillah alaihi as. Beliau mengatakan, : “Berapa syiah kami di Kufah?” Aku menjawab:” lima puluh ribu. Beliau lantas mengatakan: “Saya mengharapkan jumlahnya hanya 20. Kemudian beliau mengatakan: “Demi Allah aku harap di Kufah syiah kami hanya ada 25 orang yang mengetahui urusan kami dan dan tidak berkata tentang kami kecuali dengan benar.”

7. Meriwayatkan sebuah hadis kepada kami Muhammad bin Majilwaih dari Abu Abdillah Berkata kepadanya Abu ja’far Ad-Dawaniqi di Hirah dimasa pemerintahan Abi Al-Abbas,: ”Ya Aba Abdillah, bagaimana dengan Syiahmu yang mengeluarkan apa yang ada di dalam hatinya dalam satu majlis sehingga diketahui madzhabnya”. Beliau mengatakan,: “Itu karena memiliki kemanisan iman di dadanya dan karena manisnya menjadi tampak sejelas-jelasnya.”

8. Meriwayatkan sebuah hadis kepadaku Ahmad bin Muhammmad bin Yahya al-‘Athor dari Muhammad bin Sadir ia mengatakan Bahwa Abu abdillah mengatakan,: “Jika tiba hari kiyamat makhluk-makhluk akan dipanggil dengan ibu-ibu mereka kecuali kami dan syiah kami karena tidak ada hubungan darah diantara kami.”

9. Meriwayatkan sebuah hadis dari Muhammad bin Majilwaeh meriwayatkan sebuah hadis kepada kami Umar bin Muhammad bin Abi Qosim dari Harun bin Muslim dari Musidah bin Shodaqo. Ia mengatakan Abu Abdilah ditanya tentang syiah kami beliau menjawab,:“Syiah kami yang mempelopori kebajikan dan menahan dari keburukan, menunjukkan hal-hal yang indah dan bersegera dalam melakukan perintah Tuhan, karena mengharapkan rahmatnya. Merekalah dari kami kembali kepada kami dan bersama kami dimana saja berada.”

10. Ayahandaku meriwayatkan sebuah hadis kepadaku ia mengatakan telah meriwayatkan kepadanya Sa’ad bin Abdilllah dari Ali bin Abdul Aziz ia mengatakan Abu Abdillah mengatakan,:“Ya Ali bin Abdil Aziz janganlah kau tertipu dengan tangisan mereka, karena ketakwaan itu adanya di hati.”

11. Ayahandaku meriwayatkan sebuah hadis kepadaku ia mengatakan meriwayatkan sebuah hadis kepadaku Abdullah bin ja’far Alhumairi dari Mus’idah bin Shodaqoh dari Ashodiq, Rasulullah saw mengatakan,: “Barang siapa yang nestapa karena perbuatan buruk dan memiliki perjalanan hidup yang baik ialah orang mukmin.”

12. Dengan sanad yang sama Abu Abdilah mengatakan,: “Alangkah jeleknya orang mukmin kalau dihinakan oleh keinginannnya.”

sumber : abna indonesia

Jumat, 15 Februari 2013

Bid’ah yang Indah Itu adalah Tarawih

Taraweh: Bid’ah yang Indah Itu….
Kalau kita saksikan dikebanyakan masjid-masjid saudara kita, Ahlussunnah, kita sering menjumpai pada malam-malam bulan Ramadhan terdapat ritual shalat berjamaah yang jumlah raka’atnya sebanyak 8 rakaat, 20 raka’at atau 36 rakaat. Konon Rasulullah Saw hanya mengerjakan 8 rakaat secara berjamaah kemudian melanjutkannya di rumah. Hal ini juga diikuti oleh para sahabat.
Namun, bagaimana sebenarnya hukum shalat Tarawih ini? Berikut ini mari kita menyimak tulisan berikut ini dengan tajuk “Bid’ah yang Indah itu..
 Dari kitab Sahih Bukhari[1] dan Sahih Muslim[2] kita dapat mengambil pelajaran bahwa pada zaman Nabi Muhammad Saw dan pada zaman kekhalifahan Abu Bakar serta pada beberapa waktu pemerintahan Umar, tidak terdapat ritual shalat Tarawih. Hingga pada suatu waktu dari salah satu malam-malam bulan Ramadhan, Umar masuk ke Masjid dan menyaksikan masyarakat melakukan shalat secara sendiri-sendiri (munfarid). Ia juga melihat di salah satu sudut masjid itu, ada sekelompok kaum muslim melaksanakan shalat secara berjamaah.
Kemudian Umar berkata, “Kalau semua orang melaksanakan shalat secara berjamaah pasti akan menarik. Lalu ia mengumpulkan mereka untuk melaksanakan shalat di bawah pimpinan seorang imam (Ubay bin Ka’ab). Pada malam berikutnya ia masuk masjid itu dan menyaksikan jamaah masjid melaksanakan shalat secara berjamaah, seraya mengucapkan “Ni’mal bid’atu hadzihi[3]. (Alangkah indahnya bid’ah ini). Jadi pendapat yang mengatakan bahwa bilangan rakaat salat Tarawih itu sebanyak 20 rakaat merupakan pendapat Khalifah Umar bin Khatab.
Al-’Allamah al-Qasthalani, ketika sampai pada ucapan Umar dalam hadits tersebut (yakni alangkah baiknya bid’ah ini) berkata: “Ia (Umar) menamakannya bid’ah, sebab Rasulullah Saw sendiri tidak menjadikannya sebagai sunnah kepada mereka untuk dilakukan secara berjamaah.  Hal itu juga belum pernah terjadi pada masa Khalifah Abu Bakar, baik tentang waktu pelaksanaannya, atau tentang pelaksanaannya pada tiap malam Ramadhan, ataupun tentang jumlah rakaatnya.[4]
Dalam kitab Fiqh ‘alal Madzahib al Arba’ah[5] ihwal shalat Tarawih, “Adalah mustahab apabila shalat Tarawih ini dilaksanakan secara berjamaah, namun jumlah rakaatnya bukan 20 rakaat dan baru beberapa lama setelah itu ditambahkan. Dari kitab ini juga Anda bisa mengetahui seluk beluk salat Tarawih ini. Penyusun kitab ini, Abdul Rahman al-Jazairi menjelaskan bahwa: “Syaikhan, (Imam Bukhari dan Muslim) meriwayatkan sebuah hadits bahwa Rasulullah Saw keluar dari rumahnya pada tengah malam di bulan suci Ramadhan, yaitu pada malam ketiga, kelima dan kedua puluh tujuh, secara terpisah. Kemudian beliau Saw shalat di dalam masjid. Jamaah masjid pun turut pula melakukan shalat di dalam masjid beliau. Ketika itu beliau Saw melakukan shalat sebanyak 8 rakaat. Tetapi kemudian mereka menyempurnakan shalat mereka di rumah mereka masing-masing…” Kemudian Abdul al-Jaziri menyimpulkan pandangannya sendiri dari riwayat tersebut dan berkata: “Dari riwayat ini jelaslah bahwa Nabi Saw telah menetapkan kesunahan shalat Tarawih secara berjamaah. Tetapi beliau Saw tidak melakukannya -bersama-sama dengan mereka- sebanyak 20 rakaat, sebagaimana yang dilakukan pada masa sahabat (pasca wafat Rasulullah Saw) dan pada masa-masa selanjutnya hingga sekarang ini. Setelah keluar pada tiga malam itu, beliau Saw tidak keluar lagi karena takut nantinya shalat itu akan diwajibkan atas mereka sebagaimana yang juga pada  riwayat lainnya. Dan telah jelas pula bahwa jumlah rakaatnya tidak terbatas hanya 8 rakaat saja sebagaimana yang beliau lakukan bersama mereka. Dalilnya adalah bahwa mereka menyempurnakannya di dalam rumah-rumah mereka. Sementara perbuatan umar menjelaskan bahwa jumlah rakaatnya adalah 20. Dimana ketika itu (ketika Umar berkuasa sebagai Khalifah) dia menganjurkan kaum muslimin agar melakukan shalat Tarawih di dalam masjid sebanyak 20 rakaat, dan hal itu disetujui oleh para sahabat Nabi Saw.
Pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz penambahan rakaat shalat Tarawih terjadi lagi sampai 36 rakaat. Tujuan penambahan tersebut ini untuk menyesuaikan keutamaan dan kemuliaan penduduk kota Makkah. Karena mereka melakukan thawaf (mengelilingi Ka’bah) satu kali setelah setiap 4 rakaat. Berdasarkan hal itu, Umar bin Abdul Aziz menganggap perlu untuk menambahkan dalam setiap thawaf sebanyak 4 rakaat”.[6]
Dalam salah satu kitab fiqih Sunni “al-Mughni“, ulama Ahli Sunnah yang bernama al-Kharqi berata bahwa shalat Tarawih itu dilakukan sebanyak 20 rakaat. Ibnu Quddamah, seorang ulama Sunni terkenal lainnya berkata di dalam syarahnya bahwa menurut pandangan Imam Ahmad bin Hanbal, yang lebih kuat bahwa shalat Tarawih itu berjumlah 20 rakaat. Hal ini persis dengan pendapat as-Tsauri, Abu Hanifah dan Imam Syafi’i. Namun Imam Malik berpendapat bahwa shalat Tarawih itu berjumlah 36 rakaat. Dia mengatakan bahwa hal itu sesuai dengan perbuatan orang-orang Madinah.
Dalam pandangan madzhab Ahli Sunnah, keotentikan kitab al-Bukhari menempati urutan ke dua setelah Al-Qur’an dan sangat banyak yang memberikan komentar atas   kitab ini. Dalam kitab ini, para komentator itu memberikan pandangan beragam tentang jumlah rakaat yang ada pada salat Tarawih, sebagian mereka mengatakan bahwa jumlah rakaat shalat Tarawih itu adalah 13 rakaat, yang lainnya mengatakan 20 rakaat, kelompok yang lain berpendapat 24 rakaat, ada yang mengatakan 28 rakaat, sebagian lagi berujar 36 rakaat, ada juga yang mengatakan 38 rakaat, sebagiannya lagi mengatakan 39 rakaat, pendapat selanjutnya adalah 41 rakaat, pendapat lainnya adalah 47 rakaat, dan begitu seterusnya.
Ibnu Abdil Bar menulis: “Dialah Umar yang telah menyemarakkan bulan suci Ramadhan dengan shalat yang jumlah rakaatnya genap (yakitu shalat Tarawih)”[7]
Al-Allamah Abu Al-Walid Muhammad bin Syuhnah berkata: Dan dia pulalah orang pertama yang menyelenggarakan shalat Tarawih berjamaah dengan dipimpin oleh seorang imam….”[8]
As-Suyuthi menulis di dalam kitabnya Tarikhul Khulafa’ tentang hal-hal baru yang diciptakan oleh Umar, diantaranya ia berkata: “Dialah orang pertama yang mentradisikan shalat Tarawih pada malam-malam bulan Ramadhan”
Imam al-Bukhari -setelah meriwayatkan sebuah hadits Rasulullah Saw yang berbunyi: “Barangsiapa yang melakukan shalat (sunat) pada malam bulan Ramadhan……dst”- berkata: “….Sedemikian itulah keadaannya sampai Rasulullah Saw wafat, dan juga pada masa Khalifah Abu Bakar serta sebagian dari masa Khalifah Umar. (Yakni, yang pada masa-masa itu belum dikenal “shalat Tarawih”[9]
Muslim pun -di dalam kitab Shahih-nya- mengutip hadits yang sama dan kemudian memberikan komentar yang sama.[10]
Kiranya perlu diingat bahwa setelah pengarang kitab Fiqh ‘alal al Arba’ah menjelaskan permasalahan ini, ia kemudian memberikan pembenaran atas bid’ah yang dilakukan oleh Umar ini:[11]
Mengapa bid’ah ini diperbolehkan? Bukankah bid’ah yang sangat berpengaruh ini merupakan bentuk kesesatan? Apakah merupakan pengecualian yang berasal dari Nabi Saw?
Apakah dengan digantinya 11 rakaat sebagai shalat malam, 20 rakaat yang dilakukan tidak bertentangan dengan petunjuk yang diberikan oleh Nabi Saw?
Apakah menghatamkan seluruh Al Qur’an di antara jamaah masjid sebagai sebuah ibadah yang sunah dan bukan merupakan suatu bid’ah?
Apakah Umar berkata, “Lakukan 20 rakaat atau khatamkan Al Qur’an bagi mereka?
Apakah Umar memerintahkan supaya shalat Tarawih dilakukan di seluruh masjid?
Jawaban dari seluruh pertanyaan ini adalah iya. Shalat Tarawih yang digagas oleh ‘Umar ini merupakan suatu bid’ah. Oleh karena itu dalam fiqh Ahlul Bayt As terdapat pelarangan untuk melaksanakan shalat Tarawih karena tidak berasal dari sunnah Nabi Saw, melainkan merupakan sunnah Khalifah Kedua yang tidak dapat dijadikan sebagai sumber hukum.
Tentang solat malam pada bulan Ramadhan (qiyamulail fi Ramadhan) menurut pandangan  madzhab Ahlulbait As, memang berbeda dengan madzhab Sunni, baik dalam jumlah rakaatnya maupun dalam waktu dan doa-doa dan cara-cara lainnya. Aimah As dan ulama mereka tidak  berbeda pendapat mengenai jumlah rakaat dan cara melakukan shalat-shalat malam Ramadhan tersebut. Maksumin As dan para ulama AhlulbaitAs melakukan shalat atau qiyamulail pada bulan suci Ramadhan sebanyak seribu rakaat, selama sebulan penuh. Semenjak malam pertama bulan Ramadhan mereka melakukan solat sebanyak dua puluh rakaat. Hal ini mereka lakukan hingga malam ke dua puluh, di mana jumlah keseluruhan dari solat yang mereka lakukan adalah empat ratus rakaat. Selebihnya, yaitu dimulai semenjak malam ke-21 sampai malam terakhir, mereka melakukannya tiga puluh rakaat. Jadi selama sepuluh malam berjumlah tiga ratus rakaat.  Sedang pada tiga malam ganjil, yaitu malam ke 19, 21 dan 23, mereka menambahkannya menjadi seratus rakaat, yang jumlah keseluruhan pada tiga malam ini adalah tiga ratus rakaat. Menurut pandangan madzab Ahlulbait, tiga malam ganjil adalah malam-malam Lailatul Qadar dan mempunyai keutamaan dan kemuliaan ketimbang seribu bulan ibadah. Pada malam-malam lailatul Qadar amalan-amalan yang sangat dianjurkan di antaranya adalah mengadakan perenungan terhadap keadaan diri sendiri, mengadakan majelis-majelis keilmuan, selalu mengingat Allah Swt dengan zikir-zikir yang telah diajarkan oleh para Imam As, bertawassul kepada Ahlulbait As, berdoa dengan khusyu dan lainnya.
su7mber : irib 

Dari 3000 Ulama Islam Mendukung Persatuan Islam


 
Lebih Dari 3000 Ulama Islam Mendukung Persatuan IslamMenurut Kantor Berita ABNA, Hujjatul Islam wa Muslimin Syaikh Hasan Akhtari, Sekretaris Jenderal Majma Jahani Ahlul Bait as pada hari kedua Konferensi Internasional Persatuan Islam ke-26 Senin (28/1) di Teheran Republik Islam Iran dalam orasinya menyebut persatuan umat Islam adalah agenda utama dan pokok ajaran Islam. "Sebagaimana yang ditegaskan oleh ayat suci Al-Qur'an, berpegang teguhlah kamu pada tali Allah dan janganlah bercerai berai, menunjukkan persatuan dan menjauhkan diri dari perpecahan adalah kewajiban agama."
Ulama yang diamanahi menjabat sebagai Sekjen Majma tersebut lebih lanjut mengatakan, "Al-Quranul Karim dalam banyak ayatnya menegaskan pentingnya persaudaraan islam. Hal tersebut menunjukkan, kehendak agama bukan sekedar mewujudkan persatuan namun lebih dari itu, yaitu terwujudnya persaudaraan Islam."
"Allah SWT menyebut umat Islam itu sebuah keluarga besar, yang menetapkan adanya orangtua, dan anggota keluarganya semuanya bersaudara." Lanjutnya.
Hujjatul Islam wa Muslimin Syaikh Akhtari melanjutkan, "Penguasa-penguasa zalim sepanjang sejarah tidak menghendaki keluarga dan keturunan Nabi Muhammad Saw dikenali masyarakat luas, peran mereka ditutupi dan melalui rekayasa politik mereka dikucilkan. Namun keluarga yang suci ini demi keutuhan dan persatuan umat Islam meminta kepada para pengikutnya untuk bersabar, menghindari perpecahan dan mengedepankan persatuan umat."
Berkenaan dengan aktivitas Majma Jahani Ahlul Bait yang beranggotakan pemikir dan cendekiawan Islam di seluruh dunia dalam kaitannya dalam mewujudkan persatuan umat Islam, Sekjen Majma tersebut menyampaikan, "Sampai saat ini, lebih dari 3000 ribu orang dari kalangan ulama dan cendekiawan yang berpengaruh di dunia Islam telah menandatangani piagam persatuan umat Islam. Prof. Muhammad Ismail Utsman bahkan telah mengeluarkan fatwa bersejarah berkenaan dengan pendekatan Sunni dan Syiah dan termasuk membubuhkan kesepakatannya dengan piagam persatuan umat Islam."
Dipenutup pesannya, Syaikh Akhtari mengatakan, "Di dunia terdapat lebih dari 50 negara muslim, karenanya sangat mengherankan, hanya karena segelintir orang umat Islam yang besar ini hendak dipecah belah. Hanya karena berbeda mazhab jutaan kaum muslimin dikafirkan, dan karena diklaim kafir halal darah mereka untuk ditumpahkan. Mazhab Islam mana yang mengizinkan orang yang dinilai bukan muslim untuk dibunuh dan dibom secara membabibuta sehingga diantara mereka perempuan dan anak-anak menjadi korban?. Saya yakin melalui konferensi internasional persatuan Islam ini, harapan kita terwujud dan mampu menghadapi segala upaya dan tipudaya musuh-musuh Islam."
sumber ; irib
 

Rabu, 13 Februari 2013

Tubuh Yang Paling Enak

Usia muda merupakan bentukan kehidupan dengan kekuatan yang sesuai untuk melakukan perbaikan diri. Kalau manusia tidak menggunakan kesempatan (usia muda) ini untuk mengubah/memperbaiki diri, maka dia akan kehilangan kesempatan tersebut.

Imam Khomeini qs berkata, "Kalian para pemuda haruslah memulai jihad ini (perbaikan diri) sejak sekarang. Jangan biarkan kekuatan sebagai pemuda lepas dari tangan kalian. Sebanyak apapun kekuatan pemuda yang hilang dari tangan seseorang, maka sebanyak itu pulalah bertambah dinding kerusakan akhlak pada dirinya. Akibatnya, jihad akan menjadi lebih sulit lagi. Kalian, wahai pemuda, bersiaplah untuk memulai jihad sekarang, untuk membentuk diri kalian sendiri, harus memulainya dari sekarang, untuk menjadikan diri mampu membersihkan negara. Kalau kalian mampu membentuk diri dan memetik fadhail (keutamaan) insaniah dalam diri, maka ketika itulah kalian akan menang di berbagai bidang. Jangan biarkan kekuatan pemuda lepas dari tanganmu. Sebanyak apasaja kekuatan itu lepas, maka sebanyak itu pulalah bertambah dinding kerusakan akhlak dalam diri manusia, dan jihad akan menjadi bertambah susah.”

Pemuda dapat menang dengan mudah dalam jihad ini. Sementara, orang tua tidak akan dapat mencapai kemenangan secepat itu. Jangan biarkan perbaikan diri ini tertunda hingga mencapai usia tua, karena inilah muslihat yang dilakukan nafsu dalam menipu diri manusia. Muslihat yang dirancang setan untuk manusia dengan mengatakan, “Biarlah itu nanti… Berbenah diri itu nanti ketika sampai di akhir usia. Sekarang, gunakan usia mudamu! Bertaubat itu di akhir umur!”

Inilah makar setan yang disampaikan kepada nafsu manusia. Saat ini, kalian, wahai para pemuda, memiliki kekuatan yang besar, maka maanfaatkan kekuatanmu itu sebelum kelemahan fisik terjadi pada diri kalian. Kalau kalian tidak berpikir untuk perbaikan dan pembinaannya dari sekarang, bagaimana mungkin kalian akan dapat membenahi dan membinanya di masa tua? Setelah dikuasai oleh kelemahan, kelambanan, kemalasan, serta dinginnya badan dan jiwa? Setelah hilangnya kekuatan untuk menentukan, menetapkan, dan bertahan? Dan setelah banyaknya noda dosa di hati karena maksiat? Sesungguhnya, usia muda lebih banyak keberkahannya dibanding usia manapun. Maka, sebenarnya perkara yang dapat diraih di masa muda adalah sesuatu yang tak dapat diraih oleh orang tua dengan waktu yang lebih panjang sekalipun.

Imam Khomeini qs berkata, "Para pemuda diberi keistimewaan oleh Allah untuk dapat meraih sesuatu dalam masa yang singkat (yang tidak akan dapat diraih oleh mereka dengan sungguh-sungguh sepanjang 50 puluh tahun sekalipun) ke tempat yang hanya diinginkan Allah, yaitu mencari syahadah." 

Ini adalah persoalan sangat penting yang harus benar-benar diperhatikan, bukan masalah biasa. Ilmu dan budaya perbaikan ini bermula dari budaya di mana manusia itu berada, sehingga dapat menentukan pilihan dalam kehidupan dunia ini dan berjalan di jalur yang sesuai dengan budaya tersebut.

Imam Khomeini qs berkata, "Jalan untuk memperbaiki suatu negeri adalah budaya negeri tersebut, dan perbaikan haruslah dimulai dari budaya.”

Imam berkata, "Budaya merupakan landasan kebahagiaan dan kesengsaraan sebuah umat. Ketika budayanya tidak benar, maka pemuda yang dididik dalam budaya tersebut akan rusak.”

Budaya menjajah akan menjadikan pemuda menjadi penjajah. Budayalah yang akan membentuk yang lain. Apabila budayanya benar, maka pemuda yang ada di dalamnya akan menjadi lebih baik. Wahai para pemuda muslimin, kalianlah yang menjadi dasar aktivitas muslimin. Maka sebuah kelaziman untuk beraktivitas dengan intelektualitas kepemudaaan; untuk menghancurkan rencana buruk para penjajah. Berusahalah untuk menggali ilmu dengan serius. Belajarlah tentang al-Quran yang suci dan beramallah dengannya. Dengarkan dengan keikhlasan-penuh pandangan dan penjelasan Islam dari orang lain dan perhatikan juga kemajuan syiar Islam nan agung. Ilmu di sini tidak dimaksudkan hanya sebatas ungkapan dan istilah. Ilmu adalah penghantar manusia pada ketentraman akal dan hati sehingga dapat berjalan di atasnya. Perlu diketahui oleh para pemuda bahwa mereka tidak akan dapat disebut memiliki nilai maknawiah dan makrifah tauhid bila belum dapat menghilangkan ananiyah (egoism) dan belum berfikir tentang umat.

Terdapat beberapa hal yang wajib diketahui dan dipelajari oleh pemuda, sebagaimana dinasihatkan oleh Imam Khomeini qs, "Wajib bagi pemuda untuk meluangkan sebahagian waktunya guna memahami ushul (dasar-dasar) Islam yang mendasar. Paling utama di antaranya adalah tauhid, makrifah tentang kenabian yang menjunjung keadilan serta kemerdekaan, mulai dari Ibrahim Khalilullah hingga Rasul al-Khatam saw. Sudah semestinya pemuda muslimin untuk mengambil pelajaran dari penelitian Islam tentang perkembangan politik, ekonomi, kemasyarakatan dan lainnya. Jangan pula dilupakan, nilai dasar yang membedakan Islam dengan ajaran lain. Para pemuda harus selalu merujuk kepada pembawa ilmu, yaitu para ulama fundamental yang membawa ilmu dengan akal dan hatinya, seraya menjadikannya sebagai program dalam hidupnya. Bergaullah dengan mereka dan ambillah manfaat dari mereka, karena inilah modal bagi pembangunan budaya yang murni.”

'Obama Bisa Hentikan Serangan Israel Hanya dengan Satu Telepon"

     Dalam pidatonya pada malam ketiga Muharram 1434 H di kompleks Sayyid Al-Syuhada di pinggiran selatan kota Beirut, Sekretaris Jenderal Hizbullah Sayyid Hasan Nasrallah mengatakan, Sabtu (16/11) bahwa "perlawanan telah menyajikan kesan agung akan ketabahan, kebijaksanaan, keberanian, dan kemampuan untuk menghadapi musuh "Israel". Beliau menekankan bahwa "unsur-unsur utama kekuatan 'para pejuang perlawanan Palestina' termasuk aksi perlawanan, orang-orang perlawanan, dan dukungan terhadap orang-orang ini, telah mengejutkan "Israel".

"Sejauh ini pejuang perlawanan memiliki kemampuan untuk mengebom Tel Aviv, Yerusalem dan tempat-tempat lainnya," tegasnya.

Sayyid Nasrallah melanjutkan, "Banyak informasi yang menunjukkan Israel meminta negara-negara dunia agar mendesak Gaza menyepakati gencatan senjata, itu tidak harus ada. Perlawanan memberikan kondisi kuat untuk mengangkat blokade di Gaza dalam segala bentuk, bersama dengan komitmen internasional mencegah musuh melakukan pembunuhan dan agresi."

"Perlawanan tidak berada dalam situasi meminta gencatan senjata, karena hal ini tidak menguntungkan bagi pihaknya. Sebaliknya, Perlawanan Palestina lah pihak yang memiliki kondisi untuk mengakhiri pengepungan di Jalur Gaza, ini berbicara tentang komitmen internasional. "

Terkait reaksi resmi negara-negara Arab, Sayyid Hasan menyatakan, "Kami belum mendengar ancaman untuk memutus hubungan atau membatalkannya dan menangguhkan perjanjian, atau menggunakan minyak sebagai senjata atau menaikkan harga atau mengurangi produksi untuk menekan AS."

"Obama bisa [saja] mengakhiri perang hanya dengan satu kali panggilan telepon, namun dia tetap mendukung apa yang Israel tengah lakukan, yang berarti dia belum mendengar sepatah katapun dari Arab sampai sekarang," lanjut Sayyid Nasrallah.

Beliau juga menaruh harapan kepada negara-negara Arab untuk mengambil sikap yang tepat, namun pada saat yang sama beliau juga mengkhawatiran sikap beberapa negara-negara Arab yang mungkin [justru] akan menekan pejuang perlawanan Palestina.

"Apa yang diperlukan sekarang adalah dukungan yang nyata kepada Gaza agar mampu meraih kemenangan secara meyakinkan," tegas Sayyid Hasan Nashrullah.

Bangsa Iran Mengenal Musuh dan Situasi dengan Baik

     Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei Rabu (16/1) siang dalam pertemuan dengan para pimpinan dan petugas Perlindungan Data Angkatan Bersenjata menegaskan bahwa janji Ilahi untuk menolong orang-orang yang sabar, bertawakkal dan menolong agama Allah pasti akan terlaksana. Beliau juga menandaskan, "Wujud nyata dari terlaksananya janji Allah adalah pemerintahan Republik Islam. Meski menghadapi banyak tekanan dan konspirasi musuh, setelah 34 tahun, negara ini semakin terpandang, kuat, berpengaruh dalam transformasi regional dan global, serta memiliki bangsa yang besar, arif, mengenal musuh dan kondisi, serta berhasil mencapai berbaagai kemajuan besar di bidang keilmuan."

Pemimpin Besar Revolusi Islam menyebut tawakkal kepada Allah sebagai satu hal yang urgen seraya mengimbau untuk selalu optimis akan bantuan Ilahi. Beliau mengatakan, "Kubu arogansi telah mengerahkan segenap kekuatan dan berusaha keras untuk menundukkan bangsa Iran lewat berbagai macam embargo dan tekanan. Tapi bangsa ini tetap gigih dan terus bertahan menghadapi segala kesulitan. Sebab, bangsa ini sudah mengenal dengan baik skenario dan taktik musuh serta target strategisnya. Bangsa ini mengambil tindakan yang sesuai dengan apa yang disadari dan dengan keyakinan yang benar."

Ayatollah al-Udzma Khamenei menambahkan, "Dulu, di tahun 1979, orang sulit mempercayai kemenangan revolusi Islam tapi itulah janji Ilahi. Sama halnya dengan apa yang terjadi saat ini. Kelestarian revolusi Islam serta kian meningkatnya kemampuan, kekuatan serta kemajuannya di tengah badai tekanan dan himpitan dahsyat serta gangguan besar dari kubu arogansi dunia adalah wujud dari janji Ilahi."

Seraya menyebut kearifan serta kecermatan bangsa Iran dalam mengenal musuh dan situasi sebagai salah satu hal yang menakjubkan, beliau mengungkapkan, "Dalam rangkaian peristiwa tahun 2009, musuh menduga bahwa agenda sepuluh tahun yang mereka jalankan untuk memukul Republik Islam telah membuahkan hasil. Tapi ternyata, bangsa Iran dengan kekuatan penuh turun ke tengah medan dan menampar muka musuh-musuh globalnya. Kaki tangan musuh di dalam negeri tidak masuk hitungan saat berhadapan dengan bangsa Iran yang besar ini."

Rahbar mengingatkan, "Tanggal 22 Bahman (peringatan hari kemenangan revolusi Islam Iran, pent) nanti bangsa Iran akan mementaskan kekuatan, semangat dan kearifan mereka di depan mata dunia."

Di bagian lain pembicaraannya, Pemimpin Besar Revolusi Islam menyebut Bagian Perlindungan Data sebagai bagian keamanan yang penting dalam jajaran angkatan bersenjata dan tugas yang sangat berat sekaligus membanggakan dan mulia. Beliau mengatakan, "Dalam perspektif Islam, angkatan bersenjata bukankah kelompok atau komunitas mekanik yang bekerja seperti mesin tanpa kehendak dan ikhtiyar, tapi kelompok manusia terorganisir yang ditopang dengan akal, logika, tekad kuat, semangat, keimanan dan perasaan."

Sumber : Khamenei.ir

Sabtu, 09 Februari 2013

Chicarito :Aku Bukan Muslim tapi pengagum berat Nabi Muhammad dan Agama Islam

chicharito Chicarito: Aku Bukan Muslim tapi pengagum berat Nabi Muhammad dan Agama Islam
Chicarito memiliki nama panjang Javier Hernández Balcázar. Meskipun begitu ia lebih dikenal dengan nama Chicharito yang dalam bahasa indonesia berarti si kacang kecil. Chicarito merupakan pemain sepak bola asal Meksiko yang kini bermain di posisi pemain depan (striker) untuk klub asal Inggris, Manchester United.
Ada yang unik dari striker tim sepakbola Manchester United (MU) Inggris ini, sebab ia selalu berdoa layaknya seorang Muslim setiap kali akan memulai pertandingan. Chicarito selalu menengadahkan kedua tangan sambil menatap ke atas, persis layaknya seorang muslim berdoa. Apakah ia seorang muslim?
Dari berbagai sumber terpercaya yang berhasil dihimpun, ternyata Chicharito bukanlah seorang muslim, melainkan seorang penganut Katolik Meksiko (katolik ortodoks). Cara berdoa mereka memang nyaris sama atau mirip seperti halnya cara berdoa seorang Muslim.
chicharito praying Chicarito: Aku Bukan Muslim tapi pengagum berat Nabi Muhammad dan Agama Islam
Namun demikian, menurut beberapa sumber dan forum yang tersebar di jagad maya, Do’a yang selalu diucapkan Chicharito adalah doa “sapu jagad” yang biasa disampaikan seorang muslim. Chicarito sering mengucapkan Do’a ala umat muslim yang juga termakstub dalam surat Al Baqarah ayat 201 yang artinya “Ya Tuhan, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, serta selamatkanlah kami dari siksa neraka.” Menurutnya, do’a itu ibarat senjata yang amat sangat ampuh untuk mengalahkan musuh.
Selain mengagumi islam dan kerap menggunakan do’a umat islam, chicarito juga mengakui bahwa ia merupakan penggemar berat nabi Muhammad SAW. Ini terungkap dari ucapannya di akun situs pribadinya, ia mengatakan seperti ini:
“Yo no estaba musulmanes, pero realmente saludamos la verdad del Islam que Mahoma ha traído de mucho ser un buen ejemplo para todo su pueblo”
(“Saya ini bukan orang Islam, akan tetapi saya sangat salut dengan kebenaran agama Islam yang dibawa Muhammad yang amat sangat menjadi contoh yang baik bagi