Cari Blog Ini

Selasa, 29 Januari 2013

Deradikalisasi Negara

- Sejak peristiwa 911 dan seruan Bush untuk melakukan perang melawan teror, berbagai program, penelitian, dana dan usaha serius dilakukan Barat dan sekutunya untuk menyambut seruan tersebut.
Salah satu diantara program utama yang sampai sekarang masih berlangsung dan terus dikembangkan adalah deradikalisasi. Terinspirasi oleh kesuksesan Yaman tahun 2002 silam dalam melakukan proses deradikalisasi atas beberapa tersangka yang terkait dengan terorisme, program ini pun mulai gencar dikloning dan dikembangkan di negara lain, termasuk Indonesia.
Berikut adalah beberapa program deradikalisasi yang dicanangkan di berbagai negara:
1. Yaman
Negara ini dianggap sebagai pionir dalam program deradikalisasi. Beberapa program yang dilakukan diberbagai negara menjadikan model yang diterapkan Yaman sebagai percontohan. Negara tersebut mulai menjalankan program deradikalisasi pada tahun 2002 dengan membentuk Komite untuk Dialog (Committee for Dialogue).Program ini memprioritaskan dialog dan debat intelektual, dan bertujuan untuk meyakinkan kepada para aktivis kekerasan atau mereka yang tersangkut terorisme bahwa pemahaman yang mereka miliki adalah salah. Program ini juga mencoba mempromosikan pemahaman Islam yang mendelegitimasi kekerasan. Pelopor program ini adalah Hamoud al-Hittar. Dia mengatakan, “Jika anda mempelajari terorisme di dunia, anda akan melihat bahwa ada teori intelektual di belakangnya. Dan segala bentuk ide intelektual juga bisa dikalahkan oleh intelektual.”
2. Arab Saudi
Arab Saudi mencoba untuk meniru apa yang dilakukan Yaman dan memprioritaskan program dengan menggunakan tiga alat utama: kekuatan, uang, dan ideologi. Program mereka dikenal dengan singkatan PRA, yaitu Pencegahan (Prevention ), Rehabilitasi (Rehabilitation), dan Perawatan (Aftercare). Program ini ditujukan kepada para tersangka terorisme dengan menggunakan pendekatan dari berbagai sisi. Pendekatan utama dilakukan bersama dengan para dokter, psikolog, dan ulama untuk mengikis dukungan kepada ideologi kekerasan.
Selain itu, kampanye publik juga dilakukan dengan menunjukkan efek kekerasan yang diderita para korban. Hal ini dilakukan untuk menurunkan dukungan masyarakat atas ideologi kekerasan tersebut.
Saudi juga mengadakan kursus intensif yang ditujukan kepada para anggota kelompok radikal. Didesain berdasarkan asumsi awal bahwa ekstrimisme berakar dari “kesalahan” dalam menafsirkan Islam, program ini mencoba untuk mengedukasi kembali para tersangka tersebut dan mempromosikan pemahaman agama yang anti kekerasan. Lembaga agama yang didukung oleh ulama terkemuka menerangkan kepada para peserta tentang Islam yang sebenarnya, tentu saja berdasarkan pemahaman mereka. Diskusi ini dilanjutkan dalam kelas intensif agar para peserta mendapatkan pemahaman yang berimbang tentang Islam. Beberapa peserta menangis dan menyadari bahwa mereka telah ‘merusak’ prinsip agama mereka.
Program ini juga didukung oleh pelibatan keluarga dalam proses rehabilitasi dengan mengajak mereka untuk ikut mengontrol para peserta program tersebut.
3. Mesir
Di Mesir, keputusan yang diambil oleh satu kelompok ternyata juga mempengaruhi kelompok lain. Pada tahun 1990-an, Jamaah Islamiyah Mesir mengalihkan taktik mereka dari strategi perjuangan dengan senjata menjadi perjuangan intelektual. Keputusan ini didasari oleh ketidakpuasan dan kelelahan. Selain itu, represi yang sangat kuat dari pemerintah saat itu juga berperan penting dalam perubahan kebijakan mereka. Dampaknya, pemerintah Mesir pun menyambut positif dan mulai melakukan pendekatan yang lebih lunak atas mereka, dengan memfasilitasi rapat diantara pimpinan Jamaah Islamiyyah dan anggota mereka yang dipenjara.
4. Indonesia
Di Indonesia, program deradikalisasi mulai diterapkan sekitar tahun 2002. Pada saat itu, Menkopolkam (Susilo Bambang Yudoyono) diamanatkan untuk membuat kebijakan dan strategi nasional penanganan terorisme sampai terbentuknya organisasi BNPT untuk membantu Menkopolkam merumuskan kebijakan pemberantasan tindak pidana terorisme, yang meliputi aspek penangkalan, pencegahan,  penanggulangan, penghentian penyelesaian, dan segala tindakan hukum yang diperlukan.
Selanjutnya pada 2010 dibentuklah BNPT yang dipimpin oleh Ansyaad Mbai. Bulan Oktober 2012 silam, pemerintah Indonesia berusaha menyusun blue print deradikalisasi dengan melibatkan 24 lembaga pemerintah dan kementrian.  Antara lain Kementrian Agama, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementrian Pemuda dan Olahraga, Kementrian Sosial. TNI, Kepolisian RI
Psikolog Profesor Sarlito Wirawan juga dilibatkan dalam program deradikalisasi. Menurutnya, program ini dilakukan melalui pendekatan personal untuk mengubah cara pandang mereka dan selanjutnya diberi pelatihan dan disebar ke sejumlah wilayah untuk berdakwah agar umat tidak memilih jalan kekerasan.
Aparat Densus 88 juga mendekati keluarga tersangka terorisme dan memberikan bantuan bagi anggota keluarga mereka yang putus sekolah, sakit dan kebutuhan keluarga lainnya.
Direktur Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme BNPT Irfan Idris menjelaskan bahwa program deradikalisasi yang dilakukan oleh BNPT adalah dengan melibatkan para pelaku tindak pidana terorisme yang masih berada di Lembaga Pemasyarakatan. Selain itu juga melakukan upaya pencegahan dengan mengajak pemimpin daerah dan tokoh agama untuk melakukan upaya preventif mengatasi radikalisme. Menurut Irfan beberapa program yang dilakukan antara lain melalui pendekatan budaya, bisnis dan ideologi.
Selain deradikalisasi, BNPT juga membentuk Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme untuk mencegah penyebaran paham radikal, dan sudah berdiri di 10 kota.
5. Singapura
Di Singapura, Tujuh puluh tiga orang telah ditahan sejak pemerintah setempat mengadakan program rehabilitasi tahun 2002. Proyek ini meliputi sesi bersama psikolog, sesi konseling yang melibatkan para tahanan dan keluarganya, dan juga program rehabilitasi agama, yang merupakan komponen utama dalam program ini. Pemerintah Singapura mengeluarkan banyak dana untuk menjalankan program ini dan nampaknya usaha mereka membuahkan hasil.
6. Malaysia
Di Malaysia, lima puluh tujuh orang ditahan dalam program deradikalisasi yang dijalankan pemerintah Malaysia tahun 2007. Program ini ditandai dengan aturan keamanan yang cukup kontroversial, dimana pemerintah berhak memperpanjang masa penahanan tersangka teroris meski belum menemukan bukti.
Dari berbagai program tersebut, bisa disimpulkan bahwa ada beberapa elemen kunci dalam proses “rehabilitasi” teroris, yaitu:
1. Trauma personal, seperti pengalaman tempur atau meninggalnya rekan atau keluarga mereka  karena ideologi yang mereka anut.
2. Kekecewaaan pada pimpinan kelompok
3. Stres atau kejenuhan yang timbul saat bergabung bersama kelompok tersebut
4. Keinginan untuk hidup normal, seperti menikah, bekerja, atau kembali ke keluarga
5. Tekanan dari keluarga/teman—terutama orang tua dan pasangan.
sumber ;  http://www.eramuslim.com/konsultasi/konspirasi/deradikalisasi-negara.htm#.UQh_YKCL36g

Sabtu, 19 Januari 2013

Dibalik harinya orang nasrani terdapat hal-hal kejelekan

        perayaan 25 Desember itu berasal dari perayaan kaum pagan Roma Kuno (Romana), bukan Yunani (Greek). Jerusalem dan sekitarnya di masa sebelum dan setelah Nabi Isa a.s lahir berada di bawah kekuasaan kerajaan Romawi. Bangsa Romawi ketika itu memeluk agama pagan dengan memuja dewa-dewi yang jumlahnya sangat banyak dan terkenal sangat mengumbar kesenangan ragawi. Mereka menganggap raga yang sempurna, kecantikan lahiriah, sangat penting dan kenikmatan ragawi merupakan kenikmatan yang harus dikejar selama-lamanya. Sebab itu, lelaki Roma sangat gandrung pada olahraga yang bisa membentuk kekuatan fisik, memperbesar otot-otot badannya, dan juga merawat seluruh tubuhnya. Sekarang, kebiasaan lelaki Roma ini diwarisi oleh apa yang disebut sebagai Pria Metroseksual.
Sedangkan perempuan Roma, juga sangat memelihara tubuhnya dan sisi sensualitasnya. Mereka akan sangat bangga jika dikejar-kejar banyak pria. Bahkan bukan rahasia lagi jika perempuan Roma saat itu belomba-lomba untuk dijadikan “piala bergilir” para lelaki Roma. Tanggal 14 Februari selalu ditunggu-tunggu oleh mereka untuk memuaskan hasrat rendahnya dengan menggelar pesta syahwat di seluruh kota. Inilah yang sekarang dirayakan banyak orang sebagai Hari Valentine, yang sesungguhnya berasal dari Hari Perayaan Perzinahan.
Keyakinan inti pagan Roma itu berasal dari dua sumber, yakni tradisi Osirian Mesir kuno dan ilmu-ilmu sihir Babylonia. Keduanya bergabung dan sekarang dikenal sebagai Kabbalah. Mereka memiliki hari-hari istimewa yang dirayakan setiap tahun, termasuk tanggal 25 Desember yang dirayakan sebagai Hari Kelahiran anak Dewa Matahari atau Sol Invictus. Sebagian ahli menganggap istilah “Anak Dewa Matahari” itu dinisbatkan pula kepada Namrudz, Raja Babylonia, yang mengejar-ngejar Nabi Ibrahim a.s.
Mereka percaya, anak Dewa Matahari ini lahir di hari Minggu. Sebab itu mereka menamakan hari Mingu sebagai Sun Day, Hari Matahari. Mereka juga beribadat di hari tersebut. Semua ini diadopsi kekristenan sampai sekarang.
Hari Natal memiliki arti sebagai Hari Kelahiran. Hanya Gereja Barat yang merayakan Natal pada tanggal 25 Desember, sedangkan Gereja Timur tidak mengakui Natal pada 25 Desember tersebut. Lucunya, di tahun 1994, Paus Yohanes Paulus II sendiri telah mengumumkan kepada umatnya jika Yesus sebenarnya tidak dilahirkan pada 25 Desember. Tanggal itu dipilih karena merupakan perayaan tengah-musim dingin kaum pagan. Saat itu umat Katolik gempar, padahal banyak sejarawan telah menyatakan jika 25 Desember tersebut sebenarnya merupakan tanggal kelahiran banyak dewa pagan seperti Osiris, Attis, Tammuz, Adonis, Dionisius, dan lain-lain.
Kisah yang sesungguhnya tentang hari Natal bisa kita cari di internet, antaa lain tulisan yang dibuat oleh Pastor Herbert W. Amstrong, sejarawan Kristen yang menentang banyak hal tentang Natal pada tanggal 25 Desember. Yang banyak orang tidak mengetahui, keseluruhan dasar bangunan kekristenan sekarang ini sesungguhnya dibangun atas kerangka dasar ritus pembaharuan Osirian di Mesir kuno. Beberapa di antaranya adalah:
Pertama, Yesus dianggap anak Allah, ini sama dengan keyakinan kultus Dionisius yang sudah ada berabad sebelum Yesus lahir.
Kedua, Yesus dilahirkan di kandang, ini sama seperti kisah Horus yang lahir di kuil-kandang Dewi Isis.
Ketiga, Yesus mengubah air menjadi anggur dalam perkawinan di Qana, ini sama seperti apa yang dilakukan Dionisius.
Keempat, Yesus membangkitkan orang dari kematian dan menyembuhkan si buta, ini sama seperti Dewa Aesculapius;
Kelima, Yesus diyakini bangkit dari kematian di makam batu, sama seperti Mithra.
Keenam, Yesus mengadakan perjamuan terakhir dengan roti dan anggur di mana sampai sekarang ritual ini masih tetap berjalan di gereja-gereja, padahal ritual roti dan anggur merupakan simbolisasi penting dalam tradisi Osirian, dan juga hampir semua ritual pagan yang memuja Dewa Yang Mati seperti halnya pemuja Dionisius dan Tammuz;
Ketujuh, Yesus menyebut dirinya penggembala yang baik, ini meniru peran Tammuz, yang berabad sebelumnya telah dikenal sebagai Dewa Penggembala;
Kedelapan, Istilah ‘The Christ’ pada awal kekristenan tertulis ‘Christos’, sering tertukar dengan kata lain dalam bahasa Yunani, Chrestos, yang berarti baik hati atau lembut. Sejumlah manuskrip Injil berbahasa Yunani dari masa awal malah menggunakan kata Chrestos di tempat yang seharusnya ditulis dengan Christos. Orang-orang di masa itu sudah lazim mengenal Chrestos sebagai salah satu julukan Isis. Sebuah inskripsi di Delos bertuliskan Chreste Isis.
Kesembilan, dalam Injil Yohanes 12: 24, Yesus mengatakan, “Seandainya biji gandum tidak jatuh ke tanah dan mati, ia tetap satu biji saja, tetapi jika dia mati ia akan menghasilkan banyak buah”. Perumpamaan dan konsep ini jelas berasal dari konsep ritual Osirian;
Kesepuluh, dalam Injil Yohanes 14:2 Yesus mengatakan, “Di rumah bapakku banyak tempat tinggal.” Ini benar-benar berasal dari Osiris dan dicopy-paste dari Book of the Dead, Kitab Orang Mati Mesir Kuno yang dipercaya disimpan di kota kematian, Hamunaptra. Ini baru sebagian contoh.
Simbol Salib yang dipergunakan oleh kekristenan dahulu hingga sekarang (juga Katolik) jelas-jelas merupakan simbol Osirian kuno. Bahkan Kristen Koptik di Mesir mengambil simbol Ankh, salib Osiris dalam bentuk asli, sebagai simbol gerakannya. Masih banyak lagi kesamaan konsep kekristenan dengan agama-agama pagan Mesir Kuno, seperti dalam kebangkitan Yesus dari kematiannya, sosok Maria Magdalena dan perannya bersama Yesus, ritus pembaptisan oleh Yohanes, dan sebagainya.
Nah, sekarang merupakan fakta jika dunia kekristenan telah menghegemoni kebudayaan dunia, termasuk di Indonesia, diakui atau tidak. Sesungguhnya, yang menghegemoni dunia saat ini adalah kebudayaan yang berangkat dari keyakinan Kabbalah.

Kamis, 17 Januari 2013

ilmu Yang Rusak Menghasilkan Kehidupan Yang Rusak

Ada sebuah pernyataan menarik dalam wacana islamisasi ilmu pengetahuan. “Modernisme membuat ilmu rusak, sementara posmodernisme membuat ilmu hancur”.
Modernisme yang hanya mengakui rasionalitas dan pengalaman inderawi sebagai prasyarat ilmiah telah merusak bangunan ilmu yang sejatinya bersumber dari Allah SWT. Modernisme menafikan wahyu sebagai sumber ilmu pengetahuan. Ilmu menjadi rusak karena hanya disandarkan pada sarana pencarian ilmu yang sifatnya terbatas, yakni rasio dan daya inderawi.
Rasio manusia acapkali mengalami sesat fikir (fallacy) karena faktor subjektivitas yang dipengaruhi aspek psikologis atau dorongan-dorongan manusiawi lainnya yang memungkinkan proses berfikir tidak lagi obyektif. Begitu juga dengan indera manusia. Keterbatasan indera, tidak akan sanggup mencapai pemahaman yang benar dan final tentang realitas. Sebuah teori dan temuan terus direvisi dan dibantah dengan teori lain dengan tangkapan rasio dan empirik lebih mumpuni. Begitu seterusnya.
Ilmu yang rusak melahirkan kehidupan yang rusak juga. Selain keringnya jiwa, ilmu pengetahuan modern melahirkan perilaku merusak bukan hanya terhadap alam tetapi juga terhadap manusia itu sendiri. Cara pandang antroposentris dalam memanfaatkan alam berbuah kerusakan alam. Setelah manusia mengalami dampaknya, barulah muncul paradigma ekologi yang menyaratkan terjaganya keseimbangan alam. Teori tentang ras yang berkembang awal abad ke-19 melahirkan gerakan genosida terhadap ras tertentu. Perkembangan ilmu pengetahuan selanjutnya meralat obyektivitas simpulan tentang keunggulan ras tertentu.
Ilmu pengetahuan modern menuai kritik. Muncul gerakan dan pemikiran yang mempersoalkan upaya generalisasi oleh ilmu modern yang kenyataannya selalu tidak sempurna menjelaskan sebuah realita. Bahkan, dibalik slogan obyektifnya, subyektivitas ilmuwan banyak mewarnai ilmu pengetahuan tersebut. Dalam kajian antropologi-sosiologi, misalnya, teori-teori perkembangan masyarakat pada awal abad ke 19 pekat diwarnai westernisme yang menempatkan Barat sebagai tolak ukur ideal masyarakat digunakan dalam menilai masyarakat lainnya.
Pemikiran kritis yang dinamakan posmodernisme ini menganggap sulit sekali, bahkan mustahil, menemukan ilmu pengetahuan yang benar, universal dan tetap. Karena bersandar pada rasio dan indera yang terbatas, kebenaran (ilmu) dinilai relatif dan hanya berfungsi lokalik di mana kebenaran itu disepakati. Jika modernisme masih mengakui adanya kemungkinan memperoleh ilmu pengetahuan yang kebenarannya universal, maka posmodernisme menolak bentuk-bentuk generalisasi ilmu dan nilai kebenaran. Kebenaran dan kebatilan sama-sama dipandang relatif. Mustahil meyakini kebenaran yang universal, ajeg dan tetap.
Konsep Islam tentang ilmu berbeda dengan ilmu yang lahir dari rahim modernisme maupun posmodernisme. Islam mengakui adanya kebenaran mutlak yang bersumber dari agama. Ibnu Taimiyyah rahimumahullaah (1263-1330), menjelaskan bahwa ilmu tidak hanya diperoleh melalui penelitian ilmiah (al bahs al muhaqqaq), tetapi juga melalui wahyu (an naql al mushaddaq). Hal penting lainnya, menurut Ibn Taimiyah, ilmu haruslah mendatangkan kebenaran yang melahirkan keyakinan, bukan keraguan. Bangunan ilmu (epistemologi) dalam Islam berbeda dengan modernisme yang tidak mengakui dalil naqli (wahyu), juga berbeda dengan posmodernisme yang tidak melahirkan keyakinan. Dengan kata lain, Islam menilai modernisme merusak ilmu sementara posmodernisme menghancurkan ilmu
sumber ; Era muslim

Israel Takut akan Terjadi Gerakan Intifada Ketiga

Israel baru-baru ini meningkatkan penangkapan para militan Palestina di Tepi barat yang di duduki, hal itu untuk mencegah konfrontasi lokal menjadi “mini-intifada”, sebagaimana yang disebutkan oleh sumber-sumber keamanan Israel dan media Sumber keamanan israel mengatakan,”Bisa dipastikan Telah ada kebangkitan (palestina) disana.”
Selasa lalu kesatuan unit rahasia Israel, terkena lemparan massa Palestina yang marah, sebab mereka mencoba menangkap seorang aktivis Militan .
Meskipun Kesatuan telah menangkap aktivis tetapi sumber keamanan palestina mengatakan bahwa puluhan orang terluka karena terkena peluru dan gas air mata yang di tembakkan oleh Israel.
Koresponden urusan militer dari radio israel mengutip pernyataan dari sumber keamanan pada hari Rabu lalu, bahwa “Penangkapan itu Rutin dilakukan namun respon palestina saat ini melebihi dari respon sebelumnya.”
Kemudian menambahkan,”Hal ini merupakan perbedaan yang serius,” Ia mencatat bahwa,” setiap operasi serupa tidak pernah mendapat hambatan semacam ini.”
Ia melanjutkan,” Ada beberapa peningkatan perlawanan di tanah yang diduduki, namun berbicara tentang munculnya intifada ketiga saat ini masih terlalu dini.”
Perlu diketahui bahwa rakyat Palestina telah melakukan dua kali gerakan intifada untuk melawan penjajah Israel, pertama kali pada bulan Desember 1987 dan yang kedua pada tahun 2000. (hr
itulah israel seorang pengecut sejati 
sumber ; Era muslim

Rabu, 16 Januari 2013

hukum laki dengan laki

Seorang lelaki tidak diperbolehkan melihat anggota tubuh lelaki lain yang terdapat antara pusar sampai lutut, baik lelaki yang dilihat itu adalah kerabat maupun orang lain, baik muslim maupun kafir. Adapun selain anggota tubuh tersebut, seperti : perut, punggung, dada, dan lain-lain, maka hukumnya boleh selama tidak menimbulkan fitnah (aman)
Dasar pengharamannya adalah hadist riwayat Muslim dari Nabi Saw :
“Janganlah seorang lelaki melihat aurat lelaki lainnya dan jangan pula seorang wanita melihat aurat wanita lain.”
Ahmad dan Ashhabus Sunan meriwayatkan :
“Peliharalah auratmu, kecuali terhadap istrimu atau budak yang kamu miliki,”
Hakim meriwayatkan dari Nabi Saw :
“apa yang ada di antara pusar dan lutut adalah aurat.”
Hakim Meriwayatkan pula bahwa :
“ Nabi Saw. Melihat seorang yang paha-nya terbuka. Kemudian beliau mengarahkan dan memberi petunjuk, seraya bersabda, “Tutuplah pahamu, karena paha itu adalah aurat.”
Dan dalam sebuah riwayat dari Tirmidzi dikatakan :
“Paha itu adalah aurat.”
Setelah menyimak nash-nash di atas, akhirnya penulis sampai pada suatu kesimpulan, bahwa seorang laki-laki tidak boleh membuka bagian tubuhnya antara pusar sampai lutut, Baik ketika olah raga, maupun di dalam kamar mandi, meskipun syahwat dirasa aman. Kemudian, Apabila ia diperintah oleh seseorang untuk membuka auratnya, jangan menaatinya, dengan dasar hadist berikut :
“Tidak ada ketaatan terhadap makhluk di dalam maksiat kepada Al-Khaliq (Allah).”
Sedangkan pendapat yang disandarkan kepada mahzab Maliki menyatakan, bahwa aurat itu hanya ada dua: Kemaluan dan dubur. Selain dua aurat itu boleh untuk dibuka. Anggapan ini tidak benar, bahkan termasuk kesalahan dan kesesatan.
Menurut mahzab Maliki, aurat itu terbagi dua: pertama, aurat ketika melakukan shalat. Kedua, aurat dalam kaitannya dengan melihat. Aurat ketika melakukan shalat  terbagi kepada dua bagian: pertama aurat mughallazhah (berat), yaitu dua aurat (kemaluan dan dubur). Kedua, aurat mukhaffafah (ringan), yaitu bagian tubuh antara pusar dan lutut. Jika aurat mughalazhah terbuka  pada waktu shalat maka mutlak shalat iti harus diulangi. Sedangkan jika aurat mukhaffafah yang tampak dalam shalat, maka diulangi di dalam waktu shalat itu saja. Jika waktu sudah habis, maka tidak perlu lagi diulang.
Sedangkan aurat di dalam memandang, haram hukumnya untuk ditampakkan, baik itu aurat mughalazdah maupun aurat mukhaffafah.
Aurat laki-laki dengan laki-laki lainnya adalah apa yang ada antara pusar dan lutut.
Aurat wanita dengan wanita lainnya, jika keduanya adalah muslimah, adalah bagian tubuh yang ada antara pusar dan lutut.
Aurat wanita muslimah dengan orang kafir adalah seluruh tubuhnya, selain wajah dan dua telapak tangan (menurut satu pendapat), dan seluruh badannya (menurut pendapat lain)
Aurat wanita dengan muhrimnya adalah seluruh tubuhnya selain wajah, kedua tangan, kepala, leher, dan kedua telapak kakinya. Selain itu adalah aurat yang tidak halal untuk dilihat.
Dari nash fikih Maliki tersebut dapat diketahui, imam-imam yang empat telah sepakat, bahwa aurat laki-laki dengan laki-laki adalah antar pusar dan lutut. Atas dasar ini, maka haram melihat anggota tubuh yang terdapat antara keduanya, dan selain anggota tubuh tersebut adalah halal..

Home » Berita » Tahukah Anda » Hijau dan Putih adalah Warna Favorit Nabi Muhammad SAW Hijau dan Putih adalah Warna Favorit Nabi Muhammad SAW


Selama ini mungkin kita hanya mengetahui bahwa Rasulullah atau Islam identik dengan warna hijau. Sebenarnya apa warna-warna favorit Rasulullah Muhammad saw? Annas bin Malik mengatakan, “Warna yang paling disukai oleh Rasulullah saw adalah hijau.” Namun selain itu Rasul juga ternyata menyukai warna putih. Ada juga keterangan bahwa Nabi Muhammad saw pernah memakai pakaian berwarna hitam, merah hati, abu-abu dan warna campuran.
Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumiddin berkata : ” Yang amat disukai oleh Nabi saw ialah warna putih.”
Ibnu Hajjar dalam Tanbih Al Akhbar mengatakan: “Pada hari raya kami disuruh memakai pakaian berwarna hijau karena warna hijau lebih utama. Adapun warna hijau adalah afdhal daripada warna lainnya, sesudah putih.”
Ibnu Ady meriwayatkan dari Jabir r.a yang berkata: “Aku pernah melihat Nabi saw memakai serban hitam yang dipakainya pada hari raya…”
Al Baihaqi meriwayatkan hadis dari Jabir r.a katanya : “Pernah Rasulullah saw berpakaian yang bercorak merah pada dua hari raya dan pada hari Jumat.”
Al-Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. dia berkata : “Pernah Nabi saw keluar dengan kepala yang dibalut sehelai kain yang berwarna abu-abu.”
Imam Bukhari meriwayatkan hadis dari Anas r.a, beliau pernah melihat : “Nabi saw menutup kepalanya dengan kain biasa yang bercorak-corak warnanya.” (sa/bakkah.net

Jumat, 11 Januari 2013

Ibu

Ibu yang tak Ridho

           beberapa orang ,termasuk seorang pemuda, terancam hukuman mati. sanak saudaranya pergi ke syekh Rajab Ali Khayyatdan memohon kepadanya sebuah solusi . syekh mengatakan kepada mereka bahwa pemuda dibebani oleh ibunya . mereka menemui si ibu pemuda dan si ibu mengatakan bahwa apapun yang ia doakan tidak ada pengaruhnya , mereka berkata kepada si ibu , " syekh Rajab Ali mengatakan bahwa anda tidak ridho kepadanya  (putranya) ". si ibu menjawab ya benar . putraku baru-baru ini telah menikah ketika suatu hari setelah makan siang saya mencuci taplak , meletakkan alat makan-minum di baki, dan membawanya kepada menantu perempuanku untuk menyimpannya ke dapur. putraku membawa baki itu dari ku  dan berkata kepadaku, ' saya tidak membawa ibu sebagai menantuku !'''
          akhirnya , si ibu ridho kepada putranya dan berdoa untuknya , Hari berikutnya , diumumkan bahwa telah terjadi kesalahan dan si pemuda tadi dibebaskan

Kamis, 10 Januari 2013

dunia maya

dalam dunia maya kita sering mengenal kata kata yang tidak dapat dicapai dengan akal sehat , seperti penipuan , pembunuhan , ataupun yang lain , itu tidak membuktikan apa" hnya sebuah rekayasa belaka atau mencari simpati....pikirlah

Jumat, 04 Januari 2013

puisi surga

Laksana sungai yang mengalir                                          Ia menuju kesebuah taman
membuat jalannya menuju keLaut                                     Dengan gembira dan dengan
Dengan banyak kegembiraan, dan suara                           senyuman di bibir
betapa indahnya ia bergerak                                             ditaman yang besar itu
                                                                                        ia menanam setangkai
              Laksana matahari yang indah                               tulip merah
              Iya  menerangi setiap sudut
              sesekali , laksana seekor kupu"                             Laksana tunas yang cantik
              dengan kasih mendatangi sekuntum bunga              ia terluka diantara bunga-bunga
                                                                                           dan seperti mereka juga
Ia adalah sekuntum bunga                                                    Ditaman itu.
yang cantik dan tampan                                                        Ia tersenyum dan menjadi indah
di taman bunga-bunga itu
Laksana sekuntum tulip merah
sebab ia adalah pejuang yang syahid

oleh. ; Hasan asrami

Rabu, 02 Januari 2013

asyura kenapa tiap tahun

                   
Selama 14 abad ini, para pengikut Ahlul Bait tiap tahunnya selalu mengenang peristiwa heroik Asyura yang sangat tragis. Mereka mengenang kembali lembaran demi lembaran sejarah yang menghiasi darah-darah suci yang tertumpah di Karbala. Mereka menangis, terkadang sampai histeris. Di negeri-negeri muslim yang tradisi Syiah-nya sudah sangat kental, Asyura berarti upacara-upacara duka dengan cara turun ke jalan atau hadir di majelis-majelis duka cita.
Banyak kaum muslimin dunia yang belum mengenal madzhab Ahlul Bait ini yang mempertanyakan, mengapa orang-orang Syiah tiap tahun mengenang peristiwa tragis ini? Mengapa kematian sekelompok orang yang sudah berlalu sekian abad dari zaman kita masih terus ditangisi? Mengapa perasaan benci terhadap para pembantai keluarga Nabi masih dipelihara oleh orang-orang Syiah? Bukankah kita sebagai seorang muslim sudah seharusnya melupakan masa lalu dan memaafkan segala kesalahan mereka?
Sejak Imam Husein a.s. gugur di Karbala dan kepemimpinan atas ummat Islam atau imamah berpindah tangan kepada puteranya Imam Ali bin Husein As-Sajjad a.s, mengenang peristiwa pahit Karbala itu sudah diperintahkan oleh para imam. Dalam berbagai kesempatan, para imam selalu meminta para penyair dan orator terkenal di zamannya untuk membacakan kembali berbagai kisah yang berlangsung pada tanggal 10 Muharam tahun ke-61 Hijriah tersebut. Kita bisa mengemukakan sejumlah hal yang menyebabkan para imam sampai menyuruh para pengikutnya agar menghidupkan terus peristiwa Karbala dalam ingatan mereka. 
Pertama, peringatan Asyura bisa menjadi inspirasi bagi siapapun yang mendambakan keadilan untuk melakukan gerakan kebangkitan. Sebagaimana yang tercatat dalam sejarah, situasi represif yang ada pada zaman khilafah Yazid bin Mua’awiyah sudah sedemikian buruknya sampai-sampai, saat menerima ancaman dari Yazid agar membaiatnya sebagai khalifah, Imam Husein mengatakan, “Kita harus melupakan Islam untuk selama-lamanya jika kaum muslimin harus diperintah oleh orang semacam Yazid”.
Berbagai ciri-ciri masa jahiliah yang hendak dikembalikan lagi oleh Bani Umayyah mencapai klimaksnya pada zaman pemerintahan Yazid. Saat itu, Islam betul-betul tinggal nama. Sedangkan perilaku keseharian yang dipraktikkan oleh mereka yang mengaku sebagai pemimpin ummat Islam sudah sangat mirip dengan perilaku para tokoh Qureisy di zaman jahiliah dulu. Fanatisme terhadap kaumnya sendiri, taklid buta, dibuangnya rasa kemanusiaan, dan dicampakkannya ilmu pengetahuan sudah menjadi perilaku sehari-hari kalangan istana Syam tempat Yazid memerintah. Hal itu sangat terasa kontras dengan masa beberapa dekade sebelumnya, saat pemerintahan Islam langsung dipegang oleh Rasulullah SAWW.
Kembalinya masa gelap jahiliah kepada kehidupan masyarakat adalah sebuah proses sejarah yang terus berulang dengan instrumen yang berbeda-beda. Di setiap saat, selalu saja ada gerakan yang dilakukan orang-orang jahat untuk mengembalikan masa jahiliah. Dari sini, panji kebangkitan Asyura yang dipancangkan oleh Imam Husein a.s. akan menjadi inspirasi yang tiada habisnya bagi para pendamba keadilan. Mereka bisa melihat bahwa penegakan keadilan itu harus dilakukan meskipun  itu berarti hilangnya nyawa diri sendiri dan sejumlah besar keluarga.
Di depan pasukan Ibnu Ziyad yang kemudian menjadi pasukan pembantainya di Karbala, Imam Husein mengatakan demikian.
“Wahai ummat Islam, dengarlah kata-kataku. Aku pernah mendengar kakekku, Muhamad SAWW, berkata bahwa selalu saja ada pemimpin yang mengaku bergama Islam tetapi berperilaku represif. Ia merobek-robek janji yang telah dibuatnya dengan Allah. Ia menentang sunnah Rasululllah. Ia juga memerintah dengan cara-cara kejam dan maksiat. Siapapun yang melihat pemimpin semacam itu tetapi ia tidak melakukan perlawanan dengan tindakan maupun hanya sekedar kata-kata, maka Allah akan membangkitkannya kelak di hari kiamat bersama pemimpin yang zhalim tersebut”.
Peristiwa Asyura juga memberikan inspirasi kepada para pejuang keadilan bahwa dalam pandangan Allah, kemenangan yang hakiki terkadang tidak bisa tampak pada hal-hal yang sifatnya lahiriah. Pada peristiwa Asyura, Imam Husein dan sahabat-sahabatnya malah terbantai. Akan tetapi, kekalahan secara lahiriah itu malah merupakan sebuah kemenangan hakiki. Dalam Islam, kemenangan hakiki akan diperoleh ketika seseorang mengalahkan hawa nafsu dan bisikan setan hingga ia mampu melaksanakan perintah Ilahi.
Tentu saja harus kita ingat bahwa secara lahiriah pun, Imam Husein dan sahabat-sahabatnya sebenarnya bisa disebut memperoleh kemenangan. Hanya saja, kemenangan itu bersifat politis yang bisa tampak dari situasi yang tercipta setelah peristiwa Karbala itu terjadi. Kaum muslimin yang selama ini tertipu oleh konspirasi-konspirasi licik lingkaran elite politik Bani Umayah, sejak syahidnya Imam Husein di Karbala, mulai sadar dengan ketertipuannya. Saat itu pertanyaan-pertanyaan kritis mulai mengemuka: bagaima mungkin seorang yang mengklaim diri sebagai khalifah kaum muslimin, akan tetapi berani membantai keluarga Rasulullah? Posisi politis Yazid dan antek-anteknya betul-betul hancur begitu Imam Husein gugur di Karbala.
Yang juga tidak boleh dilupakan dari kekalahan Imam Husein secara militer adalah fakta bahwa secara teoretis memang tidak mungkin mengharapkan Imam Husein dan 72 sahabatnya bisa menang melawan pasukan Ibnu Ziyad yang jumlahnya mencapai puluhan ribu. Seandainya kekuatan kedua pihak berimbang atau minimalnya tidak timpang, bisa dipastikan bahwa Imam Husein akan meraih kemenangan secara militer. Dalam pertempuran yang lebih pas untuk dikatakan pembantaian itu, jumlah tentara Ibnu Ziyad yang tewas pun sangat banyak.
Inilah yang bisa kita saksikan dari kebangkitan revolusi Islam di Iran pimpinan Imam Khomeini. Kaum revolusioner Iran mampu menumbangkan rezim despotik Syah dengan menyandarkan inspirasi mereka kepada perjuangan revolusioner Imam Husein di Karbala. Sejarah mencatat bahwa perlawanan fisik Imam Khomeini dan sahabat-sahabat mulai menggelegak sejak Imam ditahan oleh pihak keamananan kerajaan pada tanggal 5 Juni 1963, dan itu hanya terjadi tiga hari setelah para ulama Iran menyerukan peringatan duka Asyura secara nasional.
Dari Libanon selatan, para pejuang Hizbullah juga berhasil mengusir tentara penjajah Israel yang didukung oleh peralatan militer super canggih. Para pejuang Hizbullah yang mayoritasnya bermadzhab Ahlul Bait itu mengaku bahwa secara mental, mereka tidak pernah kelelahan ketika memperjuangan sesuatu yang sangat berat itu, karena menurut mereka, hal yang jauh lebih berat pernah di ditanggung oleh panutan mereka, yaitu Imam Husein a.s. dan sahabat-sahabatnya di Karbala.
Para pejuang keadilan akan memiliki ketahanan mental dan tidak akan mengenal lelah dalam perjuangan mereka jika mereka menghidupkan terus peristiwa Asyura dalam benak mereka. Setiap detik dari peristiwa yang terjadi di Karbala adalah elegi kepiluan yang sangat sulit ditandingi oleh peristiwa apapun di sepanjang sejarah ummat manusia. Karena itu, ketika berhadapan dengan hal-hal yang sangat sulit sekalipun, seorang pejuang yang terus menghidupkan Asyura dalam benaknya tidak akan pernah merasa putus asa karena yang dialami oleh Imam Husein dan keluarganya di Karbala akan tetap jauh lebih sulit dibandingkan dengan yang dialaminya.
Para veteran perang Iran akan selalu mengisahkan heroisme yang mereka gelar dalam perang melawan tentara Saddam dengan menyebut-nyebut kepiluan tragedi Karbala sebagai inspirasi tiada habisnya hingga mereka bisa resisten di hadapan kesulitan-kesulitan yang menghadang. Seorang veteran perang Iran pernah menceritakan kesulitan yang dihadapinya ketika selama tiga hari berturut-turut dikepung pasukan Saddam. Saat itu, ia dan dua orang rekannya berada di sebuah pos penjagaan Khurramshahr yang sudah ditinggalkan oleh tentara Iran lainnya. Kemungkinan besar, para tentara Iran yang lain mengira bahwa ia dan dua rekannya sudah gugur ditembak tentara Irak. Selama tiga hari terjebak di pos penjagaan itu, ketiga tentara Iran tersebut diteror oleh tentara Irak dengan dengan cara yang sangat tidak manusiawi. Simaklah penurutan sang veteran perang.
“Ketika tentara Saddam datang, kami sedang berada di sebuah pos penjagaan, sebuah ruangan kecil berukuran 1 x 2 meter. Mereka langsung mengepung pos dari berbagai arah. Saluran listrik dan air yang tadiya terhubung ke pos penjagaan mereka putus. Mereka kelihatan sekali ingin menyiksa kami, karena kalau mau, mereka dengan mudah mengebom pos penjagaan hingga kami bisa mati seketika. Tetapi yang mereka lakukan hanyalah melakukan tembakan-tembakan ke arah tembok pos penjagaan. Mereka lakukan semua itu sambil tertawa-tawa mengejek. Mungkin yang mereka inginkan adalah kami melakukan bunuh diri karena tidak kuat dengan situasi yang ada”.
“Situasi kami memang sangat sulit. Selama 72 jam kami bertiga berada di sebuah ruangan kecil tanpa makanan dan minuman. Kami bahkan tidak bisa buang  air di tempat lain karena sedikit saja kami memperlihatkan anggota badan kami, tentara Irak itu akan segera menembaki kami. Kami akhirnya berhasil lolos setelah datang bantuan dari rekan-rekan kami. Mereka yang kini mendengar penuturan saya mengenai kesulitan yang kami hadapi saat itu mungkin akan menganggap kami sebagai perjuangan yang sangat berat. Namun, sebenarnya tidak demikian. Penderitaan kami tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan siksaan yang dialami oleh Ali Al-Ashghar, bayi kecil yang  selama tiga hari tidak mendapatkan minuman apapun. Selama tiga hari itu, Ali Al-Ashgar disengat teriknya mentari padang Karbala yang buas. Ketika Imam Husein ingin memberitahukan penderitaan Ali Al-Ashghar kepada pasukan Ibu Ziyad dengan cara mengusungnya di atas telapak tangan, yang diterima oleh Ali Al-Ashghar malah sebuah anak panah yang menembus lehernya hingga ia menjadi anggota kafilah termuda yang gugur dalam peristiwa Asyura”.
Dari penuturan veteran perang Iran tadi, kita bisa melihat betapa sebuah episode dari tragedi Karbala bisa membuat mereka bisa tabah dan bertahan dalam menghadapi penderitaan yang luar biasa. Inspirasi untuk tabah dengan cara mengingat terus tragedi Karbala tentulah tidak akan mungkin bisa diperoleh oleh para veteran perang tadi seandainya Asyura tidak mereka hidupkan dalam benak mereka. Dalam kehidupan sehari-haripun, seorang yang terus mengenang peristiwa Asyura pasti akan mampu bersikap resistan di hadapan segala macam kesulitan hidupnya.
Hal lain yang sering menjadi bahan pertanyaan dari orang-orang yang belum mengenal hakikat madzhab Ahlul Bait adalah terkait dengan masalah mengapa kita harus terus memelihara rasa benci terhadap para pembantai keluarga rasulullah di Padang Karbala yang peristiwanya terjadi belasan abad yang lalu? Untuk menjawab pertanyaan ini, ada beberapa hal yang harus dipahami. Pertama, kebencian terhadap perbuatan buruk haruslah dipelihara terus oleh seorang muslim. Inilah ajaran Al-Quran dan Sunnah Rasul. Kedua, ada makhluk-makhluk tertentu di dunia yang menjadi manifestasi utuh dari perbuatan buruk. Untuk itu, Al-Quran dan Sunnah Nabi juga mengajarkan kepada kita untuk membenci makhluk tersebut. Contoh paling jelas untuk hal ini adalah makhluk bernama Iblis. Sebagai seorang muslim, kita diajarkan untuk memelihara kebencian Iblis dan segala perbuatannya.
Pemeliharan kebencian terhadap keburukan dan simbol keburukan itu diajarkan oleh agama supaya kita tidak tidak terjatuh ke dalam perbuatan buruk itu. Yang menjadi pertanyaan kita sekarang ini, apakah mungkin makhluk yang menjadi simbol perbuatan buruk itu berupa manusia? Dengan kalimat lain, mungkinkah ada manusia yang menjadi simbol perbuatan buruk tersebut sehingga ia dan segala perbuatannya harus kita benci? Dalam sejarah ummat manusia Al-Quran memperkenalkan tokoh-tokoh jahat semacam Qabil (putera Nabi Adam), Namrud, Firaun, dll. Semasa Rasul hidup, Al-Quran juga melaknat sejumlah orang munafik karena perbuatan buruk mereka.
Dari sisi ini, kita bisa mengatakan bahwa pemeliharaan kebencian terhadap perbuatan jahat dan para pelaku perbuatan itu sebagaimana yang digelar oleh para pembantai keluarga Nabi di Padang Karbala bukan hanya tidak bertentangan dengan ajaran agama, melainkan malah sebuah ajaran abadi yang harus terus kita hidupkan. Itu semua karena karakteristik para pembantai keluarga Imam Husein dan sahabat-sahabatnya sama dengan karakteristik manusia-manusia yang dilaknat oleh Al-Quran.
Masalah terakhir yang menjadi pembahasan kita sekarang ini terkait dengan ratapan dan tangisan para pecinta Ahlul Bait saat mengenang peristiwa Asyura. Ada sejumlah kalangan yang mempertanyakan, mengapa tragedi ini sampai harus ditangisi padahal peristiwanya terjadi ratusan tahun silam? Untuk menjawab pertanyaan ini, pertama harus diingat bahwa menangis adalah reaksi refleks seseorang terhadap situasi emosional tertentu yang ada dalam jiwanya. Episode demi episode dalam peristiwa Karbala memang sangat mengiris hati. Karenanya, butiran air yang menetes dari mata seseorang yang tersentuh hatinya ketika mengenang peristiwa Asyura adalah sebuah proses fisiologis yang sangat alami.
Akhir-akhir ini, para psikolog menyodorkan teori tangisan sebagai bentuk katarsis atau pelepasan emosi yang menyumbat, sehingga kondisi emosional kita yang terkadang berubah-ubah karena situasi tertentu bisa kembali seimbang lewat tangisan tersebut. Para psikolog lainnya juga berbicara mengenai butiran air mata yang bisa melembutkan hati. Walhasil, tangisan pada dasarnya bukanlah sesuatu yang buruk.
Ada sejumlah pihak yang menyebut tangisan sebagai simbol kecengengan atau malah simbol ketidakrelaan kita atas kehendak Allah. Pernyataan ini memang bisa dibenarkan dalam sejumlah kasus. Akan tetapi, jika dikaitkan dengan tangisan terhadap peristiwa Asyura, pernyataan tadi menjadi tidak relevan. Menangisi Asyura jelas bukan sebuah kecengengan. Justru kalau ada orang yang mengetahui adanya tragedi dahsyat ini kemudian ia sama sekali tidak bereaksi, itu menunjukkan bahwa hatinya sudah sekeras batu. Meratapi tragedi Karbala juga tidak bisa dikategorikan sebagai ketidakrelaan atas kehendak Allah karena yang tidak direlakan oleh para pecinta Ahlul bait adalah perbuatan bengis Yazid dan tentaranya, yang juga sama sekali tidak diridhoi Allah SWT.
sumber : presiden iran