perayaan 25 Desember itu berasal dari perayaan kaum pagan
Roma Kuno (Romana), bukan Yunani (Greek). Jerusalem dan sekitarnya di
masa sebelum dan setelah Nabi Isa a.s lahir berada di bawah kekuasaan
kerajaan Romawi.
Bangsa Romawi ketika itu memeluk agama pagan dengan memuja dewa-dewi
yang jumlahnya sangat banyak dan terkenal sangat mengumbar kesenangan
ragawi. Mereka menganggap raga yang sempurna, kecantikan lahiriah,
sangat penting dan kenikmatan ragawi merupakan kenikmatan yang harus
dikejar selama-lamanya. Sebab itu, lelaki Roma sangat gandrung pada
olahraga yang bisa membentuk kekuatan fisik, memperbesar otot-otot
badannya, dan juga merawat seluruh tubuhnya. Sekarang, kebiasaan lelaki
Roma ini diwarisi oleh apa yang disebut sebagai Pria Metroseksual.
Sedangkan perempuan Roma, juga sangat memelihara tubuhnya dan sisi
sensualitasnya. Mereka akan sangat bangga jika dikejar-kejar banyak
pria. Bahkan bukan rahasia lagi jika perempuan Roma saat itu
belomba-lomba untuk dijadikan “piala bergilir” para lelaki Roma. Tanggal
14 Februari selalu ditunggu-tunggu oleh mereka untuk memuaskan hasrat
rendahnya dengan menggelar pesta syahwat di seluruh kota. Inilah yang
sekarang dirayakan banyak orang sebagai Hari Valentine, yang
sesungguhnya berasal dari Hari Perayaan Perzinahan.
Keyakinan inti pagan Roma itu berasal dari dua sumber, yakni tradisi
Osirian Mesir kuno dan ilmu-ilmu sihir Babylonia. Keduanya bergabung dan
sekarang dikenal sebagai Kabbalah. Mereka memiliki hari-hari istimewa
yang dirayakan setiap tahun, termasuk tanggal 25 Desember yang dirayakan
sebagai Hari Kelahiran anak Dewa Matahari atau Sol Invictus.
Sebagian ahli menganggap istilah “Anak Dewa Matahari” itu dinisbatkan
pula kepada Namrudz, Raja Babylonia, yang mengejar-ngejar Nabi Ibrahim
a.s.
Mereka percaya, anak Dewa Matahari ini lahir di hari Minggu. Sebab
itu mereka menamakan hari Mingu sebagai Sun Day, Hari Matahari. Mereka
juga beribadat di hari tersebut. Semua ini diadopsi kekristenan sampai
sekarang.
Hari Natal memiliki arti sebagai Hari Kelahiran. Hanya Gereja Barat
yang merayakan Natal pada tanggal 25 Desember, sedangkan Gereja Timur
tidak mengakui Natal pada 25 Desember tersebut. Lucunya, di tahun 1994,
Paus Yohanes Paulus II sendiri telah mengumumkan kepada umatnya jika
Yesus sebenarnya tidak dilahirkan pada 25 Desember. Tanggal itu dipilih
karena merupakan perayaan tengah-musim dingin kaum pagan. Saat itu umat
Katolik gempar, padahal banyak sejarawan telah menyatakan jika 25
Desember tersebut sebenarnya merupakan tanggal kelahiran banyak dewa
pagan seperti Osiris, Attis, Tammuz, Adonis, Dionisius, dan lain-lain.
Kisah yang sesungguhnya tentang hari Natal bisa kita cari di
internet, antaa lain tulisan yang dibuat oleh Pastor Herbert W.
Amstrong, sejarawan Kristen yang menentang banyak hal tentang Natal pada
tanggal 25 Desember. Yang banyak orang tidak mengetahui, keseluruhan
dasar bangunan kekristenan sekarang ini sesungguhnya dibangun atas
kerangka dasar ritus pembaharuan Osirian di Mesir kuno. Beberapa di
antaranya adalah:
Pertama, Yesus dianggap anak Allah, ini sama dengan keyakinan kultus Dionisius yang sudah ada berabad sebelum Yesus lahir.
Kedua, Yesus dilahirkan di kandang, ini sama seperti kisah Horus yang lahir di kuil-kandang Dewi Isis.
Ketiga, Yesus mengubah air menjadi anggur dalam perkawinan di Qana, ini sama seperti apa yang dilakukan Dionisius.
Keempat, Yesus membangkitkan orang dari kematian dan menyembuhkan si buta, ini sama seperti Dewa Aesculapius;
Kelima, Yesus diyakini bangkit dari kematian di makam batu, sama seperti Mithra.
Keenam, Yesus mengadakan perjamuan terakhir dengan roti dan anggur di
mana sampai sekarang ritual ini masih tetap berjalan di gereja-gereja,
padahal ritual roti dan anggur merupakan simbolisasi penting dalam
tradisi Osirian, dan juga hampir semua ritual pagan yang memuja Dewa
Yang Mati seperti halnya pemuja Dionisius dan Tammuz;
Ketujuh, Yesus menyebut dirinya penggembala yang baik, ini meniru
peran Tammuz, yang berabad sebelumnya telah dikenal sebagai Dewa
Penggembala;
Kedelapan, Istilah ‘The Christ’ pada awal kekristenan tertulis
‘Christos’, sering tertukar dengan kata lain dalam bahasa Yunani,
Chrestos, yang berarti baik hati atau lembut. Sejumlah manuskrip Injil
berbahasa Yunani dari masa awal malah menggunakan kata Chrestos di
tempat yang seharusnya ditulis dengan Christos. Orang-orang di masa itu
sudah lazim mengenal Chrestos sebagai salah satu julukan Isis. Sebuah
inskripsi di Delos bertuliskan Chreste Isis.
Kesembilan, dalam Injil Yohanes 12: 24, Yesus mengatakan, “Seandainya
biji gandum tidak jatuh ke tanah dan mati, ia tetap satu biji saja,
tetapi jika dia mati ia akan menghasilkan banyak buah”. Perumpamaan dan
konsep ini jelas berasal dari konsep ritual Osirian;
Kesepuluh, dalam Injil Yohanes 14:2 Yesus mengatakan, “Di rumah
bapakku banyak tempat tinggal.” Ini benar-benar berasal dari Osiris dan
dicopy-paste dari Book of the Dead, Kitab Orang Mati Mesir Kuno yang
dipercaya disimpan di kota kematian, Hamunaptra. Ini baru sebagian
contoh.
Simbol Salib yang dipergunakan oleh kekristenan dahulu hingga
sekarang (juga Katolik) jelas-jelas merupakan simbol Osirian kuno.
Bahkan Kristen Koptik di Mesir mengambil simbol Ankh, salib Osiris dalam
bentuk asli, sebagai simbol gerakannya. Masih banyak lagi kesamaan
konsep kekristenan dengan agama-agama pagan Mesir Kuno, seperti dalam
kebangkitan Yesus dari kematiannya, sosok Maria Magdalena dan perannya
bersama Yesus, ritus pembaptisan oleh Yohanes, dan sebagainya.
Nah, sekarang merupakan fakta jika dunia kekristenan telah
menghegemoni kebudayaan dunia, termasuk di Indonesia, diakui atau tidak.
Sesungguhnya, yang menghegemoni dunia saat ini adalah kebudayaan yang
berangkat dari keyakinan Kabbalah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar