Seorang remaja yang
berusia 14 tahun tewas dalam serangan udara Israel di dekat Kota Gaza,
Rabu, sehingga jumlah warga Palestina yang terbunuh dalam kekerasan
selama tiga hari ini menjadi delapan, kata beberapa petugas medis.
Moamen al-Adam tewas ketika sebuah rudal menghantam lahan pertanian di daerah Zeitun, sebelah timur Kota Gaza, lapor AFP.
Ayah remaja itu cedera serius dalam serangan tersebut, dan dua
orang lain juga dikabarkan terluka dan dalam kondisi sedang.
Serangan itu merupakan gempuran mematikan kedua dalam kurun waktu tiga jam.
Israel belum memberikan pernyataan mengenai serangan terakhir itu.
Serangan udara sebelumnya menewaskan pejuang Hamas yang berusia
21 tahun, Ghaleb Ermilat, yang disebut Israel sebagai militan jihad
global yang mendalangi serangan mematikan di sepanjang perbatasan
Mesir-Israel, yang menewaskan satu warga sipil Israel pada pekan ini.
Ermilat sedang naik sepeda-motor di kota perbatasan selatan Rafah ketika rudal menghantamnya.
Sejak Senin, Israel melancarkan serangan-serangan di Gaza,
sementara pejuang dari sayap bersenjata kelompok Hamas yang berkuasa
menembakkan puluhan rudal ke negara Yahudi tersebut.
Hamas, yang menguasai Jalur Gaza, menjaga gencatan senjata dengan
Israel, namun kelompok-kelompok lain Palestina di wilayah itu masih
menembakkan roket ke Israel.
Pada Maret, pembunuhan seorang pemimpin pejuang Palestina oleh
Israel menyulut serangan-serangan roket dari Gaza yang kemudian dibalas
dengan gempuran-gempuran udara Israel.
Pejuang Palestina di Gaza menembakkan lebih dari 310 roket ke
Israel, sementara pesawat-pesawat tempur negara Yahudi itu melancarkan
puluhan serangan udara yang menewaskan 25 orang, termasuk 14 anggota
Jihad Islam.
Pertumpahan darah mulai terjadi Jumat sore (9/3) ketika serangan
udara Israel menewaskan pemimpin Komite Perlawanan Rakyat (PRC) Zuhair
al-Qaisi, yang dituduh merencanakan, mendanai dan mengarahkan" serangan
lintas-batas mematikan ke Israel dari Sinai Mesir pada Agustus lalu, dan
juga operasi-operasi lain.
Pembunuhan pemimpin PRC itu menyulut peningkatan tajam kekerasan
lintas batas, dimana 15 warga Gaza tewas dalam serangan Israel dan lebih
dari 100 roket ditembakkan pejuang Gaza ke Israel.
Insiden itu merupakan masa 24 jam paling mematikan di dan sekitar Gaza dalam waktu lebih dari tiga tahun.
Sejak itu Israel melancarkan serangan-serangan udara yang menewaskan 25 orang, sebagian besar pejuang Palestina.
Ratusan roket pejuang Palestina dari Gaza juga menghantam wilayah Israel selama kekerasan itu.
Pada Desember 2011, delapan orang tewas dalam serangkaian serangan udara Israel, enam diantaranya gerilyawan.
Kekerasan berlangsung di dan sekitar Gaza pada November namun
tidak memburuk ke tingkatan seperti yang terjadi pada 29-30 Oktober yang
menewaskan 12 gerilyawan Palestina dan seorang warga Israel.
Kelompok-kelompok pejuang Palestina menyatakan, mereka
melaksanakan gencatan senjata yang ditengahi Mesir namun akan membalas
jika diserang Israel.
Daerah sekitar perbatasan Gaza relatif tenang selama beberapa
pekan setelah gelombang kekerasan pasca serangan gerilya 18 Agustus di
Israel selatan yang menewaskan delapan orang Israel.
Para pejabat Israel mengatakan, pelaku serangan itu berasal dari
Jalur Gaza dan menyeberang ke wilayahnya dekat kota pesisir Laut Merah
Eilat melalui Semenanjung Sinai Mesir.
Lima personel keamanan Mesir dan tujuh orang bersenjata juga tewas dalam kekerasan pada hari itu.
Suasana memanas antara Hamas dan Israel sejak serangan
lintas-batas itu. Sejumlah orang Palestina tewas dalam gempuran-gempuran
udara Israel ke Gaza setelah itu.
Bulan Juli terjadi kenaikan dalam serangan roket dan proyektil
lain yang ditembakkan dari Gaza ke Israel, mengakhiri bulan-bulan tenang
setelah meletusnya kekerasan pada April ketika sebuah rudal anti-tank
menghantam bis sekolah Israel, yang menewaskan seorang remaja.
Israel membalas serangan itu dengan gempuran udara yang
menewaskan sedikitnya 19 orang Palestina dalam kekerasan mematikan sejak
ofensif 22 hari di Gaza pada Desember 2008 hingga Januari 2009. (IPABI Online)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar